KAIRO – Praktik mumifikasi di Mesir kuno yang dimulai pada zaman prasejarah dan mencapai puncaknya pada Dinasti ke-21 (1069-945 SM), berangsur-angsur menurun antara abad ke-4 dan ke-7 Masehi.
Seperti dilansir Arkeolog, penyebab utama perubahan ini adalah perubahan budaya dan agama, terutama dengan masuk dan menyebarnya agama Kristen di Mesir.
Selama lebih dari tiga ribu tahun, upacara ini telah dilaksanakan dengan cermat, dan diperkirakan lebih dari 70 juta mumi telah dibuat selama ini. Namun praktik ini tidak bertahan selamanya. Antara abad ke-4 dan ke-7 M, mumifikasi mulai ditinggalkan seiring peralihan Mesir ke era Kristen.
Asal muasal mumifikasi di Mesir berasal dari zaman prasejarah, namun baru pada Kerajaan Lama (c. 2686-2181 SM) mumifikasi menjadi sebuah proses, terutama bagi kalangan elit dan bangsawan.
Seiring berjalannya waktu, teknik mumifikasi semakin maju, meliputi pengangkatan organ dalam, mengeringkan tubuh dengan natron, dan membungkus tubuh dengan linen. Tujuannya jelas: melindungi tubuh dari pembusukan sehingga kehidupan setelah kematian bisa terjamin.
Mumifikasi mencapai puncaknya pada Dinasti ke-21 (1069-945 SM), terutama pada Periode Menengah Ketiga.
Selama periode ini, sistem politik Mesir menjadi lebih penting dalam kebudayaan, dengan para pendeta, khususnya pendeta Amon, memainkan peran penting dalam masyarakat.
Dengan meluasnya pengaruh agama Kristen di Mesir, banyak adat istiadat dan tradisi, termasuk mumifikasi, mulai ditinggalkan.
Kekristenan membawa cara berpikir baru tentang kehidupan setelah kematian yang tidak memerlukan tubuh abadi.
Oleh karena itu, banyak mualaf yang mulai menguburkan jenazahnya dengan cara yang lebih sederhana.
Selama ini, Mesir mengalami banyak perubahan sosial dan ekonomi. Konflik, pemberontakan, dan hilangnya kekuasaan negara menyebabkan menurunnya kemampuan masyarakat dalam melakukan praktik mumifikasi yang mahal dan sulit.
Banyak keluarga tidak mampu melakukan proses mumifikasi, yang dulunya dianggap sebagai hak istimewa kaum elit.
Dalam konteks agama Kristen, tubuh jasmani dianggap kurang penting dibandingkan jiwa. Dengan penekanan pada kebangkitan jiwa dan spiritual akhirat, perawatan tubuh kurang mendapat perhatian.
Hal ini membuat ritual penguburan menjadi lebih mudah dan tidak terlalu berkaitan dengan upacara mumifikasi.
Meskipun mumifikasi merupakan simbol kekuatan dan agama Mesir kuno selama ribuan tahun, perubahan besar dalam budaya dan agama pada abad ke-4 hingga ke-7 M menyebabkan praktik tersebut menghilang.
Dengan pengaruh agama Kristen, orang Mesir mengadopsi cara baru dalam memandang kematian dan kehidupan setelah kematian, menjadikan penguburan lebih mudah dan tanpa mumifikasi.