JAKARTA – Komunikasi parasosial sering disebut-sebut oleh anak muda masa kini yang disebut sebagai Gen Z. Bahkan, istilah tersebut kerap dijadikan bahan lelucon di tengah perbincangan mereka.
Jadi apa sebenarnya hubungan parasosial itu? Dan mengapa anak muda sering membicarakan hal ini?
Hubungan parasosial atau dalam bahasa Indonesia berarti hubungan parasosial merupakan hubungan satu arah yang dilakukan pengguna media dengan tokoh media. Contohnya adalah selebriti seperti idola K-pop, karakter fiksi dari film favoritnya, TikToker, karakter anime atau manga, dan kepribadian lain yang mereka temui melalui media seperti film, kartun, media sosial, dan banyak lagi.
Hubungan ini dimulai ketika seseorang bertemu dan mengenal seorang media. Hubungan parasosial awal dapat terjadi ketika Anda melihat seseorang di acara TV atau film, mengikuti mereka di media sosial, atau berinteraksi dengannya secara online atau secara langsung.
Hubungan parasosial dapat berupa hubungan parasosial, yaitu hubungan parasosial, jika karakter memberikan kesan bahwa seseorang memikirkannya di luar hubungan tersebut. Kalau dipikir-pikir, tahap ini mirip dengan saat kita benar-benar mencintai seseorang.
Hubungan parasosial dapat menjadi lebih kuat dengan hubungan parasosial berikutnya dan terkadang berkembang menjadi ikatan parasosial.
Dari laman Very Well Mind, Cynthia Vinney, pakar di bidang psikologi, mengatakan bahwa hubungan parasosial terbagi menjadi dua jenis, yaitu hubungan parasosial dan keterikatan parasosial.
Komunikasi parasosial diartikan sebagai bentuk “pertukaran ide” antara pengguna media dan tokoh media yang bersangkutan. Interaksi parasosial hanya terjadi ketika berinteraksi dengan karakter melalui media dan secara psikologis mirip dengan interaksi tatap muka di kehidupan nyata.
Misalnya, jika Anda mengklik “Haikyu!!” menontonnya terasa seperti Anda adalah bagian dari Klub Bola Voli Karasuno. habiskan waktu Anda berlatih di SMA Karasuno, lalu bereksperimen dengan interaksi parasosial. Anda memikirkan Hinata, Kageyama, Tsukishima dan Sugawara dan anggota klub lainnya. Bahkan bicarakan perilaku mereka seolah-olah mereka adalah orang yang Anda kenal di kehidupan nyata. Artinya Anda telah membentuk hubungan parasosial dengan karakter tersebut.
Jenis hubungan parasosial yang kedua adalah ikatan parasosial. Istilah “keterikatan parasosial” diperluas menjadi “keterikatan parasosial” oleh psikolog media Gayle Stever.
Berdasarkan teori keterikatan Bowlby, yang menggambarkan ikatan mendalam yang berkembang antara pengasuh dan anak dalam pengasuhannya, serta antara pasangan romantis, keterikatan parasosial terjadi ketika figur media menjadi sumber kenyamanan, keamanan, dan suaka.
Ikatan parasosial bertindak seperti keterikatan dalam kehidupan nyata, dan oleh karena itu komponen penting dari ikatan parasosial adalah mencari keintiman dengan tokoh media.
Namun, alih-alih melalui komunikasi langsung, kedekatan dalam ikatan parasosial dicapai melalui cara-cara termediasi, seperti menonton dan mereplikasi karakter fiksi tertentu dalam film atau anime, membaca manga, atau melakukan fangirling dan fanboying terhadap idola favorit.
Intinya adalah bahwa hubungan parasosial adalah interaksi satu arah yang terjadi antara pengguna media dan tokoh media, yang kemudian berkembang menjadi ikatan emosional yang mendalam.
Apakah orang-orang di sekitar Anda atau bahkan diri Anda sendiri merasa bahwa Anda memiliki hubungan parasosial dengan tokoh media tertentu? MG/Biandka Michelle Syawaleva