JAKARTA – Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap pengiriman minyak Iran setelah Israel diserang hebat oleh Teheran. Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ismail Baghai, mengatakan AS tidak berhak memberikan sanksi terhadap sektor industri Iran.
Dia menggambarkan serangan terhadap Israel sebagai pembelaan diri. Sebelumnya pada hari Jumat, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi terhadap kapal tanker yang dituduh mengangkut minyak Iran.
Departemen Luar Negeri AS secara bersamaan menjatuhkan sanksi terhadap enam perusahaan asing yang diduga terlibat dalam perdagangan minyak Iran. Departemen Keuangan mengatakan sanksi tersebut merupakan “respons terhadap serangan Iran terhadap Israel pada 1 Oktober,” ketika Iran menembakkan hampir 200 rudal balistik ke sasaran militer Israel.
Sementara itu, saat berbicara kepada wartawan di Teheran pada hari Minggu, Baghai menggambarkan sanksi tersebut sebagai “tidak adil dan tidak adil.”
Dia juga menyoroti serangan rudal Iran – yang terjadi setelah Israel membunuh pemimpin Hamas Ismail Hanih di Teheran, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan petinggi Iran di Beirut – “menggunakan hak membela diri berdasarkan hukum internasional,” kata Baghai, menurut Iran’s News Agen.
Di sisi lain, Israel disebut masih mempertimbangkan respons terhadap serangan rudal yang diyakini menyasar infrastruktur minyak atau nuklir Teheran. Dia memperingatkan negara-negara Barat di kedua sisi Yerusalem, sementara Bagai mengkritik sanksi terbaru ketika Washington mencoba memperlambat serangan Israel terhadap sektor energi Iran.
“Tindakan AS tidak memiliki dasar hukum atau rasional untuk menjatuhkan sanksi dan terkait dengan penebusan pemerintah Israel yang pengkhianat,” ujarnya.
Setiap serangan terhadap sektor nuklir Iran akan menempatkan Iran pada risiko proliferasi yang serius dan hilangnya industri minyak akan mempengaruhi harga global. Bahan bakar ini akan meningkat di AS sebelum pemilihan presiden bulan depan.
Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa sanksi terbaru ini akan mencegah Iran “menggunakan pendapatan dari sektor energinya untuk mendanai kegiatan yang mematikan dan mengganggu – termasuk pengembangan program nuklir, rudal, dan rudal balistiknya.” Kendaraan (drone) dan dukungan untuk agen teroris regional.
Namun, AS yakin program senjata nuklir Iran tidak aktif selama dua dekade terakhir, menurut laporan Reuters pada hari Jumat, dua pejabat AS. Merujuk pada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juru bicara Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan kepada kantor berita bahwa Pemimpin Tertinggi belum mengambil keputusan untuk mengembangkan senjata nuklir, yang dilarang Iran pada tahun 2003. .