Agama Hindu mempunyai pengaruh yang besar di Pulau Jawa, khususnya di bagian timur. Di wilayah ini kerajaan-kerajaan Hindu juga berkembang pesat, dimulai dengan kerajaan Kahuripan, Jenggala, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
Bahkan bangunan peninggalan Hindu zaman kerajaan pun masih terlihat hingga saat ini. Mungkin ada beberapa monumen kerajaan yang hilang akibat kehancuran dan bencana alam, namun hanya sedikit yang tersisa.
Bangunan-bangunan ini seringkali sangat indah, salah satunya pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk saat memerintah kerajaan Majapahit. Agama Hindu menyebar secara mandiri dari kaum Brahmana di pulau Jawa.
Urusan agama dan sastra dikelola oleh pendeta Hindu. Lambat laun, agama Hindu berkembang pesat dan membawa pendidikan serta sastra kepada masyarakat Jawa.
Dikatakan dalam “Tafsir Sejarah Nagarakretagama” oleh sejarawan Prof. Mud Muljana, berkat pengaruh Hindu inilah orang Jawa akhirnya bisa menulis dan membaca. Hal ini menyebabkan Jawa Timur masuk dalam masa sejarah.
Selain agama dan sastra, hal penting yang dibawa oleh agama Hindu adalah ilmu pengetahuan dari berbagai organisasi. Pengetahuan ini menyebabkan terciptanya banyak negara dan pemerintahannya. Memang kerajaan-kerajaan kuno di Jawa pada khususnya dan kepulauan pada umumnya menunjukkan pengaruh Hindu secara luas.
Seluruh kota di Jawa Timur mulai dari Kahuripan, Janggala, Daha, Singasari dan kemudian Majapahit berwatak Hindu. Munculnya kerajaan tersebut mengangkat status Jawa Timur dalam sejarah. Ini mungkin adalah hal-hal terpenting yang diperoleh orang Jawa sebagai hasil perkenalan mereka dengan agama Hindu.
Hingga Masa Keemasan Majapahit, pada pertengahan abad ke-14, agama Hindu mengakar di Jawa Timur selama kurang lebih empat abad. Saat itu, seiring dengan apa yang dilakukan para pendeta dalam menyebarkan agamanya, diperlukan waktu yang lama untuk menyebarkan agama tersebut di Pulau Jawa hingga ke pelosok-pelosok di dekat hutan dan di bawah pegunungan.
Kakawin Nagarakretagama dalam pupuh 73-76 mencatat candi pemakaman keluarga kerajaan nomor 27, dan banyak vihara serta desa empat aliran agama, Siwa, Brahma, Wisnu dan Budha, di Jawa Timur, Bali. Sebagian besar biara dan desa terletak di daerah pedesaan.
Sejarah dengan jelas menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ke-14, pengaruh agama Hindu telah merambah ke tanah air dan mempengaruhi penduduk setempat. Piagam Himad-Walandit merinci perselisihan status Sang Hyang Dharma di Walandit yang ditetapkan merdeka sejak masa pemerintahan Raja Sindok.
Desa Himad dan Walandit terletak di kaki Pegunungan Tengger di wilayah Kabupaten Wanareja saat ini. Nagarakretagama pupuh 32-33 menggambarkan keindahan Biara Sagara yang terletak di tengah hutan, pernah dikunjungi rombongan Raja Hayam Wuruk berziarah pada tahun 1359.
Tempat ini masih ada sampai sekarang, namun namanya sedikit berubah yaitu Ranu Segaran yang terletak di Kabupaten Kraksaan. Nagarakretagama pupuh 79 mengatakan adat istiadat dan nilai-nilai Jawa ditaati di Bali.