VALENCIA – Spanyol telah mengerahkan sekitar 10.000 pekerja penyelamat, termasuk tentara, ke wilayah timur Valencia yang dilanda banjir besar pekan lalu.
Perdana Menteri Pedro Sanchez membuat pengumuman pada hari Sabtu setelah jumlah korban tewas mencapai 211 dan jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan semakin intensifnya operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).
Harapan untuk menemukan korban selamat memudar setelah seluruh kota di wilayah timur tertutup lumpur tebal.
Sebagian besar korban tewas tercatat di Valencia, tempat tim penyelamat bekerja membersihkan jalan yang tersumbat lumpur.
“Bencana ini merupakan yang terbesar kedua di Eropa pada abad ini. Kami telah menyetujui permintaan pemerintah Valencia untuk menambah pasukan keamanan. Ini merupakan pengerahan pasukan terbesar akibat bencana alam,” ujarnya.
Menurutnya, upaya pembersihan skala besar dan distribusi bantuan menjadi prioritas utama, termasuk pasokan makanan bagi masyarakat yang terkena dampak.
Pihak berwenang telah menghadapi kritik publik karena lambatnya respons mereka, serta lambatnya sistem peringatan banjir di daerah yang terkena dampak.
Saat ini, pasokan listrik telah pulih ke sekitar 94% rumah dan beberapa jalan telah dibuka kembali, meskipun banyak wilayah yang masih tidak dapat diakses karena kerusakan jalan yang parah.
Meskipun air banjir telah surut, upaya pembersihan diperkirakan akan terus berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Sementara itu, para ilmuwan iklim mengaitkan bencana luar biasa ini dengan fenomena pemanasan global akibat aktivitas manusia yang tidak terkendali.
“Banjir parah di Spanyol adalah contoh terbaru dari dampak iklim ekstrem berskala besar yang telah diperingatkan oleh para ilmuwan di masa lalu,” jelas Rebecca Carter, direktur adaptasi dan ketahanan iklim di World Resources Institute.