JAKARTA – “Sejujurnya, kami sangat prihatin dengan meningkatnya kejahatan siber akhir-akhir ini,” kata Kerry Piantono, Chief Risk Officer DANA Indonesia, pada acara “Dialog DANA: Sinergi Menjaga Keamanan dari Kejahatan Siber” baru-baru ini.
Carey mengatakan salah satu serangan yang meningkat adalah phishing. Phishing adalah upaya memperoleh informasi mengenai data seseorang dengan menggunakan teknik phishing. Misalnya meniru identitas orang tertentu.
“Perkembangan phishing diawali dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan/AI. Penjahat dunia maya dapat berkomunikasi dengan lebih baik. “Misalnya, mereka menggunakan AI untuk membuat pesan SMS atau skrip palsu agar terlihat lebih profesional,” kata Carey.
Jadi bagaimana Dana memastikan keamanan? Carey mengatakan sistem Dana dapat mendeteksi anomali transaksi yang terjadi.
Dia mencontohkan, apakah ada akun dalam kurun waktu tertentu yang menerima pengaduan dari 10 orang. “Kemudian akan segera diambil tindakan,” jelas Kerry.
Terkait perjudian online, Carey mengatakan DANA menemukan dompet tersebut memiliki lebih dari 100 pengguna yang melakukan transfer ke satu akun. Sehingga, akun tersebut diblokir karena diduga sebagai kran judi online.
Menurut Vince Ishwara, CEO dan salah satu pendiri DANA Indonesia, penipuan yang paling sulit adalah ketika korban membagikan data pribadi seperti KTP atau bahkan OTP (one-time password) kepada penipu. “Orang Indonesia mempunyai rasa kemurahan hati yang tinggi.
Jangan biarkan mereka memanfaatkan Anda. “Selain itu, banyak masyarakat yang kurang memiliki literasi digital,” tambahnya.
Menurut Vince, Dana memberikan perlindungan berlapis yang disebut Dana Protection. Mulai dari Kode OTP, Kode PIN, Pertanyaan Keamanan, Tokenisasi, Danviz (Verifikasi Wajah), Password, Verifikasi Push.
“Dana memiliki 180 juta pengguna di Indonesia, jadi kami menganggap keamanan sangat penting,” jelasnya. “Kami bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi terpercaya untuk mencegah kejahatan online,” jelasnya.