Washington: Menteri Pertahanan Lloyd Austin menekankan bahwa Amerika Serikat siap mendukung Korea Selatan dengan kemampuan nuklir dan non-nuklirnya.
Pernyataan itu muncul ketika ketegangan di Semenanjung Korea meningkat dan sebelum Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik antarbenua pada Kamis (31/10/2024).
“Washington dan Seoul akan meningkatkan kerja sama pertahanan dan latihan militer skala besar,” kata Austin pada konferensi pers Pentagon hari Rabu dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Yong-hyun.
“Saya meyakinkan Menteri Kim hari ini bahwa Amerika Serikat tetap berkomitmen penuh untuk membela Korea Selatan dan komitmen kami terhadap blokade tetap kuat,” kata Austin.
“Keterlibatan ini didukung oleh kemampuan pertahanan nuklir dan non-nuklir canggih yang dimiliki Amerika,” jelasnya.
Amerika Serikat dan Korea Selatan akan kembali melakukan “latihan skala besar” dan “memperkuat kesiapan bersama dan interoperabilitas kami,” tambah Austin.
Korea Utara menyalahkan latihan militer gabungan antara Seoul dan Washington karena meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, dan menyebutnya sebagai latihan untuk kemungkinan agresi.
Awal bulan ini, Pyongyang menghancurkan jalan dan jalur kereta api yang menghubungkan kedua Korea, sehingga memutus jalur darat potensial ke Korea Utara.
Pada hari Kamis, Seoul melaporkan kemungkinan peluncuran ICBM dari Pyongyang menuju Laut Timur.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengkonfirmasi bahwa Pyongyang telah menguji ICBM sebagai tanggapan terhadap “sekutu nuklir berbahaya” dari musuh-musuhnya.
“Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) telah menekankan bahwa mereka tidak akan mengubah arah dalam memperkuat persenjataan nuklirnya,” kantor berita negara KCNA melaporkan Kim.
Dia menekankan bahwa uji coba tersebut merupakan respons yang “pantas” terhadap “sekutu nuklir yang berbahaya, peningkatan latihan, dan tindakan militer yang penuh petualangan” yang mengancam keamanan Pyongyang.
Amerika Serikat juga menuduh Korea Utara membantu Rusia dalam konflik Ukraina. Menurut Pentagon, Pyongyang telah mengirimkan 10.000 tentara ke Rusia untuk pelatihan dan mungkin dikerahkan ke Kiev.
Presiden Rusia Vladimir Putin belum membenarkan atau membantah klaim yang dibuat oleh Ukraina dan pendukungnya mengenai militer Korea Utara.
Ketika ditanya pekan lalu tentang klaim tersebut, Putin mengatakan Moskow dan Pyongyang telah menandatangani perjanjian bilateral yang mengatur kerja sama militer dan apakah hal itu memerlukan lebih dari sekedar latihan dan pelatihan bersama, itu tergantung pada Rusia dan Korea Utara dan bukan pihak lain.