NGAWI – Kemunculan harimau jawa masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli, pasalnya harimau jawa sudah dinyatakan punah sejak tahun 1980an. Pasalnya, beberapa laporan temuan di beberapa wilayah Pulau Jawa tercatat setelah dilakukan pencatatan.
Setelah menemukan kulit kayu di area lompat tepatnya di taman umum Cipendeuy kawasan hutan Sukabumi.
Meski hanya sekedar corak rambut, itu tandanya Harimau Jawa masih ada. Terlebih, hal tersebut dibenarkan oleh beberapa warga yang pernah melihat sosok mirip harimau.
Berdasarkan laporan Journal of Oryx yang diterbitkan Cambridge University Press pada 21 Maret 2024, disebutkan bahwa pola bulu atau bulunya mirip dengan harimau jawa.
Analisis mtDNA (DNA mitokondria) secara menyeluruh menyimpulkan bahwa sampel rambut dari Sukabumi Selatan adalah milik harimau Jawa, kelompok yang sama dengan DNA yang diawetkan pada harimau Jawa yang dikumpulkan di Museum Zoologicum Bogorens. Namun, tim peneliti gabungan mengatakan, ” Apakah harimau jawa benar-benar ada saat ini perlu dikonfirmasi melalui studi genetik dan lapangan.”
Memang benar belum ada informasi dari tahun 1900 hingga saat ini yang menjelaskan keberadaan harimau di Tsukabumi. Harimau jawa terakhir yang diketahui di Sukabumi terjadi pada tahun 1903, khususnya di Jampang Wetan dan Sikalong yang merupakan wilayah Siangjur.
Dalam catatan yang diterbitkan di surat kabar Belanda Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie 04-12-1903. Pemerintah Hindia Belanda saat itu menawarkan hadiah sebesar 400 peso Prancis (French peso), atau $7 juta saat ini, kepada mereka yang berhasil membunuh atau menangkap harimau jawa atau harimau hitam.
Bahkan, pada tahun berikutnya, 1904, harganya dinaikkan menjadi 1.500 franc, yang berhasil menangkap dan membunuh seekor harimau Jawa. Akibat perburuan liar, habitat Harimau Jawa di Sukabumi berpindah dari Lompat Barat ke Lompat Kowloon.
Kemudian pada tanggal 27-01-1910 surat kabar Belanda kembali memberitakan bahwa sedikitnya 15 ekor harimau dan harimau jawa telah mati. Hingga saat ini sebaran habitat harimau di Jawa Barat (pulau) hanya ditemukan di beberapa wilayah saja.
Di bagian utara terdapat di Tanjung Priok dan Bekasi. Di pedalaman terdapat di Selengsi, Sikarang dan Sibinong serta Depok.
Di wilayah barat terdapat di Angke, Sarpong dan Sekorg lalu ke Ojong Kulun. Di wilayah selatan terdapat di Jampang.
Sebaran habitat harimau ini berada di dataran rendah. Sejauh ini belum ada catatan ditemukannya harimau di dataran tinggi.
Harimau Jawa, endemik Pulau Jawa dan banyak dimanfaatkan di hutan dataran rendah, semak belukar, dan kebun masyarakat, telah punah karena perburuan liar.
Karena dianggap hama. Penyebab kepunahan lainnya adalah konversi habitat mereka menjadi lahan pertanian dan infrastruktur.
Namun perjumpaan dengan harimau Jawa masih dilaporkan. Misalnya di Banjarnegara, Kuningan, Gunung Prao, Meru Biteri, Taman Nasional Balorn, dan Suaka Margasatwa Sekipoh Sukabumi.
Untuk membuktikan keberadaannya, banyak survei yang dilakukan. “Survei terakhir subspesies ini dilakukan pada tahun 1999-2000 di Taman Nasional Meru Biteri, Jawa Timur, dengan menggunakan 35 kamera jebakan,” tulis Virdatiti dkk., “harimau (Jawa) tidak ditemukan.
Diduga Harimau Jawa terakhir ditemukan pada tahun 2022 di Gunung Paget Lamongan, Jawa Timur.
Meski keaslian rekaman yang diposting di Instagram masih dipertanyakan, namun belang dan loreng harimau tersebut tidak hanya dimiliki harimau Jawa.
Namun belakangan klaim kemunculan raja hutan Jawa itu berulang kali muncul, namun hingga saat ini masih menjadi misteri.
Beberapa ahli satwa liar meyakini Taman Nasional Meru Bateri di Jawa Timur merupakan rumah terakhir Harimau Jawa. Pada awal tahun 1990-an, Taman Nasional Meru Biteri yang didukung oleh WWF Indonesia berinisiatif memasang kamera jebakan untuk memastikan keberadaan harimau jawa.