JAKARTA – Industri perjudian online di Indonesia semakin rumit. Peran penerbit dalam memberantas kejahatan di bidang game online sangat diperlukan.
Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, dakwah menuntut kebaikan dan memusnahkan keburukan. Saat ini kejahatan sedang meresahkan di Indonesia, khususnya permainan internet (judol).
Banyak orang yang terlibat dalam perjudian. Jutaan situs perjudian online telah ditutup oleh Kementerian Komunikasi dan Digital, namun akan lebih banyak lagi jika masyarakat tidak mengetahuinya, ujarnya pada acara Grand Standardisasi MUI. Wisuda, Sabtu (30/11/2024).
Menurut Kiai Cholil, dakwah pemberantasan perjudian online merupakan upaya menyampaikan pesan moral dan agama kepada masyarakat untuk mencegah praktik buruk perjudian online. “Perjudian internet tidak hanya ilegal di banyak negara, tetapi juga melanggar norma agama, termasuk Islam yang melarang aktivitas perjudian. Itulah tanggung jawab penting pengumuman MUI tentang penghapusan judol. Hal ini menjadi perhatian utama MUI. awam karena judol sudah mengambil alih,” ujarnya.
Ketua Umum MUI Kiai Anwar Iskandar menegaskan, menteri yang mengemban misi profetik bisa menjadi orang yang menginspirasi kebaikan dengan perkataannya di masyarakat. Kampanye periklanan MUI hendaknya menjadi pengeras suara untuk mengajak masyarakat berperilaku baik dan mampu mengubah keburukan menjadi kebaikan di jalan Allah melalui ilmu, nasehat bijak dan perbincangan yang baik.
Kiai Anwar melanjutkan, wisuda ini merupakan kolaborasi antara pihak yang mengubah kejahatan menjadi kekuatan, seperti Kementerian Komunikasi dan Agama, dengan pihak yang mengubah kejahatan dengan perkataannya, para teolog.
Menurut Menteri Komunikasi dan Teknologi Meutya Hafid, lebih dari 5,3 juta situs perbankan telah ditutup. Namun, itu tidak cukup. Menurutnya, dakwah diperlukan untuk menyadarkan masyarakat agar terhindar dari perjudian. Ia juga mengungkapkan bahwa 5 dari 6 gamer di internet adalah laki-laki. Oleh karena itu, ke depan para pendakwah, baik tua maupun muda, harus memahami angka karena kehidupan ini tidak bisa lepas dari komputer.
“Mari kita isi ruang-ruang digital dengan kebaikan agar kita tahu bahwa ruang-ruang tersebut penting dalam mengubah perilaku masyarakat,” ajak Meutya.