NEW YORK – Produsen pesawat Boeing yang berbasis di AS mengumumkan rencana untuk memangkas sejumlah besar pekerja dalam beberapa bulan mendatang. Akibat kerugian yang semakin besar, Boeing akan memberhentikan 10% tenaga kerjanya.
Sebelumnya, Boeing juga dilanda pemogokan massal yang menyebabkan produksi pesawat terlarisnya mengalami penundaan. PHK yang dilakukan Boeing berkisar dari eksekutif hingga eksekutif, tetapi juga berdampak pada pekerja tetap.
Kabar mengenai PHK karyawan Boeing, menurut pernyataan yang dibagikan oleh presiden dan CEO baru perusahaan, Kelly Ortberg pada hari Jumat. Boeing tercatat mempekerjakan sekitar 170.000 orang di seluruh dunia.
“Bisnis kami berada dalam situasi yang sulit, dan sulit untuk mengatasi tantangan yang kita hadapi bersama,” kata Ortberg, yang menjadi CEO Boeing dua bulan lalu.
Sebulan setelah dia menjabat, 33.000 pekerja melakukan pemogokan. “Kami merestrukturisasi tingkat tenaga kerja kami agar sesuai dengan realitas keuangan kami dan fokus pada prioritas,” tambahnya.
Sang CEO juga menegaskan, keputusan “berat” ini bertujuan untuk menyelesaikan perubahan struktural yang akan menjamin kemampuan perusahaan untuk tetap kompetitif dan terus memproses pesanan pelanggan dalam jangka panjang.
Ortberg menambahkan, Boeing juga menunda program pengembangan 777X hingga tahun 2026 dan mengakhiri produksi pesawat kargo komersial 767 pada tahun 2027 setelah memenuhi sisa pesanan.
Awal pekan ini, Boeing mengatakan pihaknya mengajukan gugatan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil kepada Dewan Hubungan Perburuhan Nasional terhadap serikat pekerja yang mewakili pekerja pabrik di Pantai Barat yang melakukan aksi mogok.
Perusahaan tersebut menekankan bahwa Persatuan Insinyur dan Penerbang Internasional gagal melakukan negosiasi dengan itikad baik selama penghentian kerja selama empat minggu, dan menambahkan bahwa mereka telah “menerbitkan informasi palsu kepada anggotanya tentang tingkat kerja sama dalam diskusi tersebut”.
Dalam laporan kinerja keuangan sementara yang dipublikasikan Jumat, perseroan memperkirakan pengeluaran korporasi pada kuartal III mencapai USD 1,3 miliar dan akan melaporkan kerugian USD 9,97 per saham.