BEIJING – Serangan terhadap mobil listrik asal China berdampak besar bagi seluruh pabrikan termasuk Tesla. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, penjualan mobil listrik asal Amerika Serikat turun signifikan.
Menurut Carscoops, Tesla menutup tahun 2024 dengan sukses, menjual 495,570 unit di seluruh dunia pada kuartal keempat. Rekor ini justru meningkat dibandingkan tahun lalu. Tapi itu tidak bisa meningkatkan penjualan dalam setahun.
Secara total, Tesla hanya akan mengirimkan 1,7 juta mobil listrik pada tahun 2024. Jumlah ini lebih rendah sekitar 100,000. potongan dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan tersebut didominasi oleh Model Y dan Model 3 yang menyumbang 90 persen.
Sedangkan Model S, Model X, dan Cybertruck menghasilkan kurang dari 5 persen total penjualan. Artinya Tesla bergantung pada penjualan Model Y dan Model 3 di pasar global.
Selain pengiriman kendaraan, Tesla melaporkan kinerja yang kuat dalam bisnis energinya. Perusahaan mengatakan telah memproduksi produk penyimpanan energi sebesar 11,0 GWh pada kuartal keempat tahun 2024.
Perusahaan belum merilis hasil keuangan yang dapat memberikan petunjuk tambahan tentang kinerja merek tersebut. Ini akan dirilis pada 29 Januari setelah pasar tutup.
Laporan penjualan Tesla tidak dapat membantu memulihkan jatuhnya saham perusahaan. Saat ini atau hingga tulisan ini dibuat, saham Tesla anjlok 6,8 persen. Selama lima hari perdagangan terakhir, TSLA telah jatuh dari level tertinggi $465 per saham ke level terendah $375.
Salah satu faktor yang bisa menyelamatkan Tesla dari penurunan penjualan adalah hadirnya Model Y versi terbaru dengan kode proyek Juniper. Kendaraan ini diharapkan bisa memasuki pasar bulan depan dan menjadi jagoan baru perusahaan di pasar global.
CEO Tesla Elon Musk memperkirakan penjualan mobil listrik akan meningkat 20 persen pada tahun ini. Selain itu, ia juga berencana menjual kendaraan dengan harga lebih terjangkau.
Sebelumnya, BYD, raksasa otomotif asal China, melaporkan penjualan yang kuat sepanjang tahun 2024. Secara global, pihaknya berhasil meluncurkan 4,2 juta kendaraan energi baru (NEV), termasuk di Indonesia.