JAKARTA – Produsen drone Ukraina, Wild Hornets, sedang mengembangkan drone pencegat baru yang dirancang untuk melawan Shahed-136 milik Rusia, The Telegraph melaporkan.
Drone baru yang diberi nama Sting ini dirancang untuk terbang pada ketinggian sekitar 10.000 kaki (3.048 meter) dan dengan kecepatan lebih dari 100 mil per jam.
The Telegraph juga melaporkan bahwa sistem penargetan berbasis kecerdasan buatan (AI) sedang dikembangkan. Pada titik ini, Sting membutuhkan operator manusia untuk mengendalikannya.
Gambar yang dirilis media menunjukkan drone quadcopter (empat baling-baling) yang dilengkapi bahan peledak besar dan kubah kamera.
Wild Hornets, sebuah perusahaan teknik nirlaba, mengutip laporan Telegraph dalam sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter), mengatakan pihaknya telah mengirimkan sekitar 14.000 drone ke militer Ukraina sejak awal tahun 2023.
“Dari 30 hingga 80 Shahed diluncurkan ke kota-kota Ukraina setiap hari,” tulis kelompok tersebut. Wild Hornets dengan cepat mendapatkan popularitas setelah memperkenalkan drone yang dapat menembakkan termit dan senjata ringan lainnya.
Kecepatan tertinggi Sting belum diketahui, tetapi drone tersebut mungkin setidaknya bisa menyamai kecepatan Shahed-136 yaitu 185 kilometer per jam.
Militer Ukraina telah berhasil menggunakan drone orang pertama untuk menembak jatuh drone lain, terutama drone pengintai tak berawak seperti Oran-10 dan Zara.
Agustus lalu, Wild Hornets mengungkapkan bahwa mereka telah memodifikasi beberapa drone untuk menghancurkan drone pengintai.
Kini, Sting sedang mencoba mengembangkan drone yang dirancang khusus untuk menghancurkan drone lain, khususnya Shahed.
Harga produksi lebih rendah dari Shahed-136
Laporan Telegraph tidak menyebutkan secara pasti harga pembuatan drone tersebut. Namun, para pejabat Wild Hornets mengatakan rata-rata biaya produksi Sting “beberapa lusin kali lebih rendah dibandingkan Shahed Drone.”
Harga drone Shahed-136 diperkirakan sekitar $20.000 (sekitar Rp 315 juta) per buahnya, dan jika pengembangan Sting berhasil, biaya mempertahankan Ukraina melawan Shahed akan jauh lebih rendah.
Saat ini, upaya pertahanan terhadap serangan pesawat tak berawak seperti Shahed masih sangat mengandalkan senjata konvensional, seperti rudal yang diluncurkan dari darat yang menelan biaya ratusan ribu dolar.
Misalnya, nilai satu rudal yang diluncurkan di Ukraina dengan sistem NASAMS yang disediakan AS diperkirakan sekitar US$1 juta (sekitar Rp15,7 miliar).
Kiev juga mempertimbangkan untuk menggunakan artileri Gepard yang dipasok Jerman sebagai cara yang lebih murah untuk menembak jatuh drone Rusia, selain peluru udara 35mm yang diproduksi oleh Get Switzerland.
Pada awal tahun 2024, Ukraina meminta pengembang untuk merancang dan memproduksi drone pencegat. Persyaratan minimum yang ditetapkan adalah kecepatan terbang minimal 96 km/jam pada ketinggian 5.000 kaki (sekitar 1.524 meter).
Shahed 136 dirancang oleh Iran tetapi sekarang diproduksi di dalam negeri oleh Rusia berdasarkan perjanjian senjata dengan Teheran. Rusia dilaporkan memproduksi hingga 6.000 Shahed 136 per tahun.
Kedua belah pihak yang bertikai saat ini sedang berlomba untuk memproduksi drone dan meningkatkan industri manufaktur pertahanan mereka untuk menghasilkan senjata yang murah namun mematikan.
Pada bulan September, Rusia mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi drone sepuluh kali lipat, mencapai 1,4 juta per tahun.
Di saat yang sama, Ukraina saat ini memiliki kapasitas memproduksi 4 juta drone per tahun. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada bulan Oktober bahwa perusahaan pertahanan lokal memiliki kontrak untuk memproduksi 1,5 juta drone, namun tidak merinci jenis drone tersebut.