Jakarta – Pemanfaatan energi terbarukan sebagai pasokan listrik dapat menjadi strategi pencapaian swasembada energi di Indonesia. Saat dilantik menjadi presiden, Prabowo Subianto menegaskan Indonesia akan fokus pada pengelolaan energi terbarukan untuk mencapai swasembada energi sejalan dengan Asta Cita.
Arah tersebut menjadi acuan utama dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, khususnya di bidang ketenagalistrikan. Menurut informasi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 3.686 GW.
Data Kementerian ESDM per November 2024 menunjukkan sekitar 86 desa masih belum mendapat aliran listrik. Oleh karena itu, perlu didorong pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan berbasis potensi energi lokal dan dieselisasi. Menciptakan jaringan pemisahan dan distribusi dan pengembangan elektrifikasi pedesaan
Penggunaan listrik terbarukan juga dapat mendukung pengurangan impor energi dan mencapai target stok infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi. Terpenuhinya peningkatan kebutuhan listrik per kapita dapat mengindikasikan kemajuan perekonomian suatu negara.
Ervan Maksum, Deputi Fasilitator dan Infrastruktur Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Dikatakan untuk mencapai tujuan transisi energi. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pendanaan dari APBN atau APBD. Transisi energi di Indonesia memerlukan pendanaan alternatif dari sumber non-pemerintah. dan partisipasi modal swasta untuk mencapai tujuan di sektor ketenagalistrikan.
Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah sedang mempersiapkan kerangka peraturan dan kebijakan untuk memobilisasi modal dan investasi swasta. Kerja sama dengan perusahaan swasta dan lembaga yang bermodal sangat diperlukan.
“Salah satu inisiatif yang bisa ditawarkan kepada perusahaan adalah Hal ini dilakukan melalui penggunaan dana lingkungan hidup, keberlanjutan dan tata kelola (ESG) yang ditujukan untuk mendukung proyek energi terbarukan desa. Ini merupakan komitmen perusahaan dalam mengurangi emisi karbon dari aktivitas komersial yang dilakukannya,” ujarnya dalam jumpa pers, Minggu (24/11/2024).
Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappnas Taufiq Hidayat Putra mengatakan perencanaan sektor ketenagalistrikan di Indonesia mencakup akses terhadap listrik yang berkualitas. Tidak hanya untuk sektor industri tetapi juga di setiap lapisan masyarakat. Terutama di desa
Pemerintah Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk mencapai transisi energi di sektor ketenagalistrikan. “Kami ingin mendukung saudara-saudara kita di desa-desa tertentu untuk menggunakan listrik yang bersih, aman, dan terjangkau dengan potensi energi terbarukan di wilayah mereka,” jelasnya.
Dengan listrik yang berkualitas Masyarakat desa akan menerima banyak manfaat di banyak daerah. Salah satunya adalah modernisasi kegiatan pertanian atau yang sering disebut dengan electro-farming. Sementara itu Di desa nelayan Akses terhadap listrik berkualitas memungkinkan penyimpanan dingin untuk mengawetkan tangkapan segar lebih lama.
Menghasilkan listrik yang andal di desa Tantangan terkait ketidaksesuaian spasial antara lokasi sumber energi terbarukan dengan lokasi pusat industri dan kegiatan perekonomian serta masyarakat perlu dijawab melalui perencanaan yang holistik, terpadu dan komprehensif. Caranya adalah dengan menciptakan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik yang terintegrasi dengan rencana membangun pembangkit listrik terbarukan,” ujarnya.
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menekankan bahwa pemerintah Indonesia perlu menyiapkan peta jalan transisi energi dengan opsi biaya terendah. Untuk menjamin keandalan pasokan dan adil Dengan perubahan energi terbarukan Indonesia dapat meningkatkan ambisinya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sejalan dengan target 1,5°C dalam Perjanjian Paris.
Mengurangi emisi gas rumah kaca sangat penting bagi Indonesia. Karena sebagai negara kepulauan Masyarakat yang berada di daerah 3T (perbatasan, terluar dan tertinggal) sangat rentan terhadap dampak kenaikan suhu global. Penyediaan listrik yang andal, terjangkau, dan bersih di pedesaan dan 3T sangat layak dilakukan dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan lokal untuk menggantikan PLT Diesel 3 GW yang tersebar kini lebih merata. Ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca dan biaya listrik,” katanya.
Proyek Deni Gumilang Mendukung Energi Bersih, Terjangkau, dan Aman untuk Asia Tenggara (CASE for SEA) di Indonesia. Proyek Energi GIZ untuk Indonesia/ASEAN Hal ini menekankan pentingnya mengembangkan alat kebijakan pengurangan karbon berbasis risiko yang bertujuan untuk mengurangi risiko transaksi. Memperhatikan kebijakan dan peraturan tersebut Tantangan terus dipandang sebagai hambatan utama dalam pengembangan energi terbarukan. di indonesia Hal ini untuk meningkatkan daya tarik bagi investor.
Selain itu, perangkat mitigasi risiko keuangan harus dikembangkan secara bersamaan untuk menciptakan momentum yang mengoptimalkan penyaluran dana dari investor. Untuk mendorong pertumbuhan pasar energi terbarukan Indonesia mempunyai potensi pengembangan energi terbarukan yang menarik perhatian banyak investor.
“Namun Proyek energi terbarukan yang berisiko tinggi menimbulkan ancaman terhadap pendapatan investasi. “Penerapan kebijakan dan alat mitigasi risiko keuangan diharapkan dapat membuka peluang pembiayaan nyata bagi Indonesia,” jelasnya.