JAKARTA – Contractor Art Space (CAS), perusahaan di bidang kontraktor interior dan arsitektur bangunan di Indonesia, bermitra dengan IRCOMM Norton Capital (IRCOMM) untuk memberikan edukasi terkait penggunaan kayu berkelanjutan pada bangunan hunian.
CAS menjadi salah satu pembicara pada acara webinar yang diluncurkan Ikatan Arsitektur Indonesia – Jakarta (IAI Jakarta) dan mitra bertajuk Wood in Residential Architecture: Strength, Beauty and Sustainability with Wood from Sustainable Sources.
Kegiatan webinar yang diikuti oleh para arsitek yang terdaftar di IAI Jakarta ini memberikan banyak wawasan dan pemahaman tentang bagaimana bangunan yang menerapkan prinsip ramah lingkungan menjadi pilihan bagi masyarakat yang memilih gaya hidup ramah lingkungan.
Narasumber yang mengikuti webinar tersebut adalah Prof.Dr. Lina Carlinassari, S.Hut.MSCF. IPU Asia Eng. (Guru Besar & Kepala Divisi Teknik & Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, IPB University), Lutfi Primantara (Founder & CEO – Arsitek Kontraktor Art Space).
Pendiri Contractor Art Space (CAS) sekaligus CEO-Architect, Lutfi Primantara mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak di industri kontraktor dan arsitektur, kami sangat senang dan merasa terhormat diundang oleh IRCOMM untuk menjadi salah satu pembicara dalam acara webinar tersebut. Digagas dan dirintis oleh IAI Jakarta dan mitra.
“Program edukasi ini sejalan dengan komitmen kami untuk terus menggunakan material berkelanjutan khususnya kayu, karena kayu merupakan bahan struktur dan bangunan yang erat kaitannya dengan jati diri dan nilai budaya Indonesia, sehingga arsitek Indonesia harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan. “komitmen melestarikan lingkungan alam dan jati diri arsitekturnya”, kata Lutfi Primantara di Jakarta, Selasa (28/10/2024).
Namun, agar implementasi di lapangan menjadi lebih realistis, penting bagi para pihak untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam operasional perkayuan melalui pendidikan dan pelatihan serta pembelajaran yang dilakukan secara simultan.
Dalam pemaparan para narasumber dalam webinar tersebut, keramahan lingkungan suatu bangunan dapat dinilai dari desain bangunan, bahan konstruksi, energi yang digunakan dalam bangunan, proses konstruksi dan sumber bahan konstruksi. Ada 2 alasan mengapa kayu digunakan sebagai bahan baku bangunan dan rumah yang lebih ramah lingkungan.
Pertama, produksi semen menggunakan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan, menyumbang 8% emisi global pada tahun 2018 dengan total emisi setara CO2 sebesar 11 miliar ton. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan produksi emisi penerbangan yang hanya 2,4%. Kedua, meskipun kayu diolah, ia tetap menyimpan karbon selama kayu tersebut tidak dimusnahkan.
Fosil kayu yang terkubur di dalam tanah masih menyimpan karbon yang diserap selama siklus hidupnya, sehingga dapat mengurangi gas buang di atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Semakin tinggi jumlah bangunan yang menggunakan kayu, maka semakin besar pula kapasitas penyerapan karbonnya.
Guru Besar dan Ketua Teknik dan Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, IPB University. Dr. Lina Karlinazari, S.Hut. Kayu yang digunakan sebagai bahan komponen konstruksi harus berasal dari jenis yang tidak dilindungi standar tertentu, terutama dalam hal kekuatan, demikian dinyatakan IPU ASEAN Eng.
Sebagai bahan biologis, kemampuan kayu dalam menyerap karbon merupakan keunggulan yang signifikan dibandingkan bahan lainnya.
“Pohon muda yang merupakan sumber utama kayu memiliki kemampuan lebih besar dalam menyerap dan menyimpan karbon dibandingkan pohon yang sangat tua,” jelas Lina Carlinassari.
Penggunaan kayu secara umum memberikan kesan hangat dan estetis pada bangunan. Namun yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kayu adalah sifat-sifatnya sangat dipengaruhi oleh kadar air, arah orientasi serat dan adanya cacat kayu.
Untuk itu sangat perlu dilakukan pemilihan jenis dan klasifikasi kayu sebagaimana dipersyaratkan dalam SNI untuk spesifikasi desain konstruksi kayu. Selain itu teknologi peningkatan kualitas kayu baik secara kimia maupun fisik menjadi pilihan lain untuk mendapatkan kualitas kayu yang diinginkan.
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang paling ramah lingkungan, memiliki emisi karbon yang rendah, pengolahannya hemat energi, dan kayu dapat menyimpan karbon dalam jangka waktu yang lama. “Dengan teknologi dan desain tepat guna, kayu tidak hanya bisa menjadi bahan bangunan yang ramah lingkungan, tetapi juga bahan konstruksi yang kuat, tahan lama, dan hemat biaya,” jelas Lina.
Isra Ruddin, CEO IRCOMM Norton Capital menambahkan “Kami sangat senang dapat mengundang begitu banyak pihak lintas industri untuk berkolaborasi dalam kegiatan pendidikan khusus arsitek di Indonesia. Kami akan mampu memberikan dampak positif bagi industri masing-masing dan kami terima kasih CAS Atas kesediaannya untuk berpartisipasi sebagai perantara dalam kegiatan ini.”