NEW YORK – Elon Musk, sekutu dekat Presiden Donald Trump, dituduh mengatur pertemuan dengan duta besar Iran untuk PBB. Hanya satu hari sebelum Partai Republik mencalonkannya sebagai kepala baru Departemen Efisiensi Pemerintahan AS (DOGE).
Menurut New York Times, dua pejabat Iran yang mengetahui masalah ini mengatakan Musk bertemu dengan Duta Besar Iran Amir Saeid Iravani pada 11 November.
Dalam pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam, kedua pemimpin membahas cara-cara untuk meredakan ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Seorang pejabat mengatakan: Musk meminta pertemuan Saat duta besar memilih lokasi Pihak Iran menyebut pertemuan itu sebagai “kabar baik” dan “kabar baik,” menurut New York Times.
Ketika ditanya apakah pertemuan itu benar-benar terjadi, Steven Cheng, direktur komunikasi kabinet Trump, mengatakan kepada NYT: “Kami tidak mengomentari laporan mengenai apakah pertemuan pribadi telah terjadi atau tidak.”
Hubungan AS Ketegangan antara masa jabatan Trump sebelumnya dan Iran sangat tinggi. Trump, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden AS pada tahun 2017 hingga 2021, menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran pada tahun 2018 setelah menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 yang meringankan pembatasan ekonomi terhadap Teheran dengan imbalan membatasi program nuklirnya.
Serangan lain terhadap Iran Trump juga memerintahkan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan perwira tinggi militer Iran Qassem Soleimani pada Januari 2020 di Irak.
Dalam pidatonya di New York September lalu, Trump menunjukkan keterbukaan terhadap perundingan nuklir baru: “Kita harus membuat kesepakatan karena konsekuensinya tidak mungkin terjadi. Kita perlu membuat kesepakatan,” kata politisi Partai Republik itu.
Sebagai anggota NPT yang berkomitmen, kami terus bekerja sama sepenuhnya dengan IAEA. Perbedaan dapat diselesaikan melalui kerja sama dan dialog. Kami setuju untuk melanjutkan dengan keberanian dan niat baik.
Pada Kamis (14 November), Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi membagikan postingan tentang wasiat. Iran tidak pernah secara damai meninggalkan meja perundingan mengenai program nuklirnya. Keputusan ada di tangan UE/E3, yang bersedia melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan nasional dan hak-hak yang tidak dapat dicabut. Namun mereka tidak mau bernegosiasi di bawah tekanan dan intimidasi.”
Postingan Araghchi muncul setelah pertemuan dengan Rafael Mariano Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA).