NEW YORK – Tren komunikasi media sosial terus berkembang, kehadiran gambar AI membuat masyarakat meninggalkan gambar Emoji. Beberapa emoji dan akronim yang dulu populer kini mulai kehilangan daya tariknya.
Berdasarkan analisis sentimen yang dilakukan Becextech, penggunaan berbagai simbol digital mengalami penurunan yang signifikan sehingga seringkali mendapat reaksi negatif dari pengguna.
Berikut beberapa emoji dan akronim yang saat ini dianggap kurang menarik di media sosial:
1. Emoji Wajah Marah dengan Pipi Kembung
Emoji ini dinilai sering digunakan untuk menggambarkan reaksi berlebihan terhadap sesuatu yang sepele hingga kehilangan maknanya.
2. RIP singkatnya
Awalnya digunakan untuk menunjukkan kehilangan, akronim ini sekarang dianggap klise karena sering digunakan dalam konteks lucu.
Meskipun masih digunakan untuk mengungkapkan keterkejutan, akronim ini dianggap tidak memiliki pengaruh yang kuat seperti dulu.
3. Emoji Tengkorak
Awalnya populer untuk mengatakan “Aku mati” dalam konteks lucu, kini emoji ini dianggap terlalu sering digunakan hingga kehilangan humornya.
4. Emoji Wajah Menyedihkan
Emoji ini dulunya digunakan untuk menarik perhatian, namun kini banyak pengguna yang menganggapnya terlalu membosankan.
5. FOMO’
Akronim Fear of Missing Out, yang sering kali menggambarkan kecemasan akan kehilangan tren, kini dianggap istilah yang sudah ketinggalan zaman.
6.SMH
Akronim menggelengkan kepala yang digunakan untuk menyampaikan perasaan kecewa atau frustasi mulai kehilangan kekuatan ekspresifnya.
7.ICC
Apakah saya memahami akronim dengan benar? sering digunakan untuk menanggapi persetujuan kini dianggap kurang signifikan.
8. Emoji Wajah Berpikir
Emoji-emoji ini kehilangan esensi “berpikir mendalam” karena sering digunakan dalam berbagai konteks yang tidak relevan.
9. Emoji Ular
Biasanya digunakan untuk menggambarkan kelicikan, kini emoji ini dianggap sebagai ekspresi biasa saja.
Studi ini menunjukkan bagaimana tren digital dapat memengaruhi cara kita berkomunikasi. Emoji dan akronim yang dulunya mendominasi percakapan kini mulai beralih ke simbol dan ekspresi baru yang lebih relevan dengan budaya digital saat ini.