Indonesia – Suku Bajau Indonesia dikenal sebagai suku bahasa. Ini karena mereka bisa berenang sangat dalam tanpa alat. Mengapa?
Pengembara laut ini ditemukan memiliki mutasi genetik yang langka. Hal ini memungkinkan mereka menyelam lebih dalam dan bertahan di bawah air lebih lama dibandingkan kebanyakan manusia.
“Pengembara laut” ini memungkinkan Anda menyelam hingga kedalaman yang sangat dalam selama beberapa menit. Sifat genetik ini, yang menyebabkan limpa mereka membesar, memungkinkan mereka bertahan di bawah air lebih lama dari rata-rata manusia.
Kemampuan menyelam bawah air yang sangat baik Suku Bajau mampu menyelam hingga kedalaman 70 meter hanya dengan menggunakan pemberat batu dan kacamata kayu tanpa peralatan canggih apapun. Kemampuan Anda untuk menyelam dalam jangka waktu lama bergantung pada salah satu organ utama Anda, limpa.
Menyelam menekan limpa, melepaskan sel darah merah yang tersimpan ke dalam aliran darah, memperkayanya dengan oksigen.
Fenomena biologis ini meningkatkan daya tahan Anda, memungkinkan Anda bertahan di bawah air selama beberapa menit tanpa bernapas.
Melissa Ilardo, peneliti di Universitas Cambridge, menjelaskan bahwa suku Bajau menyelam hingga delapan jam sehari, seringkali pada kedalaman ekstrem hanya beberapa menit.
Kemampuan ini bukan sekedar hasil latihan. Hal ini terutama disebabkan oleh mutasi genetik yang mengubah produksi hormon tiroid tertentu yang menyebabkan pembesaran limpa.
Fitur utama penyelaman Bajau: – Kedalaman maksimum: hingga 70 meter tanpa peralatan canggih.
– Waktu menyelam: Hingga 13 menit di bawah air tanpa oksigen buatan.
– Waktu bawah air harian: hingga 8 jam per hari.
Mekanisme biologis mirip anjing laut Adaptasi genetik suku Bajau mirip dengan hewan laut seperti anjing laut Weddell, yang dapat bertahan di bawah air selama berjam-jam berkat organ penyimpan oksigennya yang besar.
Anjing laut juga telah terbukti memiliki limpa yang membesar, sehingga mereka dapat menyimpan oksigen untuk menyelam. Hubungan antara Bajau dan anjing laut terletak pada kadar hormon tiroid mereka, yang merangsang pertumbuhan limpa dan meningkatkan kemampuan menyelam.
Ilardo dan timnya menemukan bahwa suku Bajau memiliki kadar hormon tiroid yang lebih tinggi dari rata-rata. Hal ini mungkin menjelaskan pembesaran limpa, organ penting dalam kemampuan apnea. Penemuan ini menyoroti adaptasi unik yang hanya ditemukan pada penyelam ekstrem.
Suku Bajo tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia, antara lain:
Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara
Teluk Tomini, Kabupaten Dojo Una Una, Sulawesi Tengah
Desa Bajau, Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara
Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Timur (Berau, Bontang)
Kalimantan Selatan (kota baru)
Sulawesi Selatan (Selayar)
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo)
Mengapa cara hidup mereka terancam? Gaya hidup nomaden dan ketergantungan mereka pada penangkapan ikan tradisional tidak sebanding dengan tekanan penangkapan ikan komersial dan tantangan ekonomi masyarakat modern.
Terlebih lagi, kurangnya kewarganegaraan dan kesulitan untuk menetap di negara-negara tetangga menjadikan situasi ini semakin sulit.
Beberapa tantangan yang dihadapi masyarakat Bajau antara lain: – Penangkapan ikan komersial: menipisnya sumber daya laut setempat.
– Kurangnya kewarganegaraan: Kesulitan menerima layanan dasar seperti layanan kesehatan dan pendidikan.
– Erosi budaya: kita berisiko kehilangan pengetahuan nenek moyang kita.
Jika cara hidup orang Bajau tidak dilindungi, kemampuan biologis mereka yang luar biasa bisa hilang. Dampak perubahan ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap cara hidup tradisional mereka dapat menyebabkan hilangnya teknologi kuno yang unik bagi dunia.
Suku Bajau lebih dari sekedar komunitas yang menarik. Mereka adalah contoh luar biasa adaptasi manusia terhadap lingkungan ekstrem. Namun jika tekanan dari luar terus mengancam cara hidup tradisional mereka, warisan genetik mereka mungkin akan hilang.