JAKARTA – Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (FR PTMA) menggelar Rapat Satuan Tugas Nasional (Rakernas) yang pertama. Rakernas kali ini bertajuk Pemaparan Pemikiran Rektor PTMA kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Rapat Kerja Nasional yang bertemakan Rencana Menuju Indonesia Raya di Indonesia Emas 2045 ini dihadiri oleh para rektor, rektor, dan pimpinan Universitas Muhammadiyah-‘Aisyiyah se-Indonesia. Hadir pula Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Energi dan Mineral Bahlil Lahaladia.
Baca Juga: Forum Rektor PTMA Himbau 172 Kampus Muhammadiyah Besok Gelar Jalan Bela Palestina.
Ketua Umum Forum Presiden PTMA, Prof. Dr. Gunawan Budiyanto, menjelaskan tujuan utama Rakernas ini adalah menyampaikan gagasan rektor PTMA kepada pemerintahan baru Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk memberikan solusi permasalahan pendidikan, politik, hukum, sosial, ekonomi, energi. dan ketahanan pangan, pengelolaan sumber daya alam, serta peran BUMN dalam menciptakan lapangan kerja dan memajukan UMKM. Selain itu, Rakernas juga bertujuan untuk merumuskan program kerja Forum Perdana Menteri PTMA periode 2023-2025.
Gunawan menegaskan, rekomendasi mereka berupa naskah akademis yang berisi pemikiran-pemikiran ulama Muhammadiyah di pemerintahan baru. Ia juga mengatakan, PTMA mengkritisi sejumlah kebijakan yang dinilai tidak mendukung sektor pendidikan swasta.
Baca Juga: 12 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Diakui Institusi Unggulan
“Rekomendasi dan saran kami adalah semangat teks pendidikan untuk pemerintahan baru. Karena kami dari kalangan akademisi, maka produk teks pendidikan yang kami tawarkan berasal dari pemikiran mahasiswa Muhamadiya hingga presiden terpilih Prabowo Subianto,” ujarnya. , dalam siaran persnya, dikutip Jumat (4/10/2024).
Salah satunya Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023 tentang akreditasi, yang menurut Gunawan merugikan perguruan tinggi swasta, khususnya perguruan tinggi muhammadiyah, karena membandingkan status akreditasi lembaga baru dengan lembaga yang sudah berpengalaman dan maju.
Selain soal sertifikasi, Gunawan juga menyoroti beban pajak yang dihadapi perguruan tinggi swasta, meski secara mandiri mereka turut berkontribusi memperburuk kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi.
Ia berharap pemerintahan baru lebih memperhatikan “jam terbang” dan latar belakang menteri yang dilantik, sehingga memiliki pemahaman mendalam terhadap sektor yang dipimpinnya, khususnya di bidang pendidikan.