BANDUNG – TNI Army (AD) dengan pendiri Red and White Foundation (JHL Foundation) mendukung keberhasilan Program Keamanan Pangan, yang merupakan tujuan besar Presiden Prabowo Subianto.
Bekerja sama dengan Angkatan Darat, terutama di jajaran Silliwi Kodam III, pendiri Yayasan JLL Jerry Hermawan Lo telah dibangkitkan 15 hektar tidur di desa LAMP, Bojongkuncan, distrik Pameungpeuk, Bandung Regency. Perlu dicatat bahwa budidaya tanah menggunakan peralatan yang canggih dan modern.
“Jadi masyarakat awalnya memberi tahu kami bahwa ada area seluas 15 hektar yang tidak bekerja selama 4 tahun,” kata Dandim 0624 Bandung Letnan Kolonel Kolonel Inf. Tinton Us Putra, selama koleksi acara dalam tidur di daerah Pameungpeuk, Bandung Regency, Kamis (7/11/2024).
Informasi ini diterima sesaat setelah penunjukan Tinton sebagai Dandim 0624 Bandung Regency pada awal Mei 2024. Setiap panen, Bumi hanya bisa 2-4 ton beras per hektar. Bahkan biasanya 1 hektar dapat mengambil 6,6 ton nasi. “Petani terus kalah,” katanya.
Dari kaum tani, Tinton segera menghubungi Kantor Pertanian Kabupaten Bandung, kelompok pertanian setempat dan Yayasan JHL untuk bertahan hidup di Bumi. Semua pihak juga menerima keinginan Tinton untuk – dalam tidur. “Kami benar -benar fokus pada operasi pertanian selama dua tahun,” kata Jerry.
Mereka kemudian mengambil Bang Bara, yang merupakan bandung muda Kabupaten dengan inovasi untuk membuat pupuk organik untuk meningkatkan konstruksi padi.
Tim ini juga bekerja dengan Bogor Agricultural University (IPB) dan banyak bagian menggunakan alat kerja yang canggih. Seperti penggunaan drone untuk menyebarkan pupuk, traktor mini untuk biji pestisida, serta mesin penggilingan sehingga biji -bijian dapat segera menjadi nasi.
Untuk memompa dan irigasi, kantor pertanian Bandar Regency juga segera mendukung. Bisnis Tinton, Jerry dan semua tempat yang terlibat dalam produksi hasil. Setelah periode penanaman 4 bulan, kelas Kodam III Silliwi, Kodim 0624 Bandung Regency, Yayasan JHL, Kantor Pertanian Kabupaten Bandung, juru bicara Bang Bara dan kelompok pertanian lokal.
Produk ini juga meningkat secara signifikan. Di masa lalu, tanah di daerah Pameungpeuk hanya bisa menghasilkan 2-4 ton beras. Saat ini mereka sedang memanen 8,5-10 ton per hektar. “Hasilnya jarang sekitar 4 kali, itu juga melebihi produksi rata -rata nasional,” kata Jerry.
Biaya menggunakan pupuk juga dapat dikurangi menggunakan pupuk organik bang. Biasanya dalam proses efisiensi penanaman, petani membutuhkan 4 juta rps per hektar untuk pupuk. Saat menggunakan petani pupuk Bara Bara, mereka hanya membutuhkan Rp1,5 juta per hektar untuk memanen.
“Tentu saja itu sangat berguna -Nefit bagi petani. Biaya produksi dapat dikurangi, tetapi hasilnya lebih,” tambah Jerry.
Jawa Barat adalah salah satu pemasok terbesar konstruksi nasional beras. Berdasarkan data dari Central Statistics Service (BPS) pada tahun 2023 Jawa Barat dapat menghasilkan 9,1 juta ton beras kering. Pada saat itu, produksi beras nasional setiap tahun adalah 31 juta ton beras. “Ini berarti bahwa Jawa Barat adalah salah satu gudang beras nasional,” kata Jerry.
Melalui proyek percontohan saat ini, Jerry berharap bahwa daerah lain di Jawa Barat dapat menerapkan metode ini untuk meningkatkan produktivitas beras nasional. “Dengan cara ini, program pemerintah Prabowo untuk penghancuran diri dapat segera terjadi,” kata Jerry.