BEIJING – Tak hanya bersaing dengan NASA, China siap merebut pasar roket yang dikembangkan SpaceX, China yang membuat kebaruan dengan membangun roket yang bisa digunakan berkali-kali.
Kehadiran teknologi ini akan mengurangi biaya pengiriman satelit atau kendaraan luar angkasa lainnya.
Proyek pengembangan roket yang dapat digunakan kembali saat ini dipimpin oleh Orienspace yang berbasis di Beijing. Roket yang diberi nama Gravity-2 itu bahkan diperkirakan akan melakukan penerbangan pertamanya pada akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026.
Dilaporkan oleh Benzinga, Bloomberg melaporkan bahwa Orienspace baru saja menyelesaikan uji coba roket sekali pakai pertamanya.
Selain roket yang dapat digunakan kembali, Orienspace juga berfokus pada roket laut, yang fleksibel dan berguna bagi perusahaan yang ingin meningkatkan frekuensinya. Perusahaan merencanakan tiga hingga lima roket pada tahun 2025 dan lima hingga delapan roket pada tahun 2026, dengan tujuan mencapai frekuensi 10 kali per tahun dalam waktu tiga tahun.
Perusahaan Tiongkok lainnya, termasuk perusahaan rintisan dan badan usaha milik negara, juga sedang mengerjakan sistem roket yang dapat digunakan kembali. Beijing Interstellar Glory Space Technology atau i-Space misalnya, melakukan uji coba pada Desember 2023. Ia juga merupakan anak perusahaan China Aerospace Science and Industry Corp yang merupakan badan usaha milik negara.
Meskipun banyak kemajuan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok, SpaceX milik Elon Musk masih tetap menjadi pemimpin dunia dalam bidang roket yang dapat digunakan kembali. Namun, pasar luar angkasa Tiongkok berkembang pesat, menarik investasi besar dan meningkatkan permintaan akan jasa ekspor.
Pada Mei 2023, Elon Musk memuji program luar angkasa Tiongkok, dengan mengatakan bahwa program tersebut telah mengalami kemajuan jauh lebih jauh dari yang disadari kebanyakan orang. Konfirmasi tersebut terjadi beberapa jam sebelum China meluncurkan tiga astronot ke stasiun luar angkasa dalam misi Shenzhou-16.
Pada bulan November, Musk membual tentang rekor dunia SpaceX, yang mengirim lebih dari 1.000 ton ke orbit dalam setahun, melampaui total muatan negara lain. Tiongkok dikatakan bertanggung jawab atas sekitar 250 ton yang dikirim dari seluruh dunia, di luar SpaceX.
Namun, Tiongkok juga mengkritik Amerika Serikat di wilayah tersebut. Pada bulan Desember 2021, Tiongkok mengajukan pengaduan ke PBB dengan tuduhan bahwa satelit SpaceX gagal mencapai stasiun luar angkasanya, dan menuduh Amerika Serikat melanggar Perjanjian Luar Angkasa.
Menyadari meningkatnya ancaman dari Tiongkok di bidang luar angkasa, Pentagon telah menginvestasikan miliaran dolar dalam industri luar angkasa untuk mempertahankan dominasi Amerika di bidang luar angkasa yang penting ini. Kemajuan pesat Tiongkok dalam teknologi roket yang dapat digunakan kembali semakin menyoroti perlunya investasi dan inovasi AS yang berkelanjutan di sektor luar angkasa.