JAKARTA – Nama Hans Hagza, salah satu anggota perang satsus (iklan), mungkin belum diketahui. Namun siapa sangka bos asal Tiongkok inilah yang berada di balik suksesnya kebisingan pekerjaan tersebut.
Sebagai anggota badan intelijen, Hans Hagza terjun ke badan intelijen. Agar operasi ini berhasil, terkadang hamburger harus dibuat sulit. Misterinya, bahkan di rank akhir pun belum terungkap.
Dalam buku karya Ken Conboy, sejarawan tentara Asia dan Mayor Jenderal Benny Moerdani.
Operasi yang dipimpin Kolonel Daying Kalbuadi ini merupakan operasi rahasia yang dilakukan pemimpin Portugis Antonio Joao ke Indonesia hingga Timor Timur (sekarang Timor Timur). Saat itu, Timor Timur merupakan wilayah jajahan Portugis. Hans Hambai memainkan peran penting dalam operasi pantai tahun 1975.
Hagza, salah satu anak muda China selain Shona, punya bakat linguistik. Dia menguasai enam bahasa dan ahli di bidangnya, kata Ken, Minggu (12/1/2025). .
Setelah gagal memasukkan isi kaus kaki ke dalam koper di Jakarta, sang ayah punya rencana. Hans Hamzah menjabat sebagai Chairman Merpati Airlines sementara Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali sedang bersiap terbang ke Pang. Ketika Sarees dilaporkan, Hotahina memperbarui permohonan visa untuk mendapatkan persetujuan agen perjalanan.
Jenderal Antonio Joao Soares telah diminta pergi ke kantor setempat untuk menyelidiki insiden tersebut. Ini adalah pekerjaan yang dilakukan bapak kolonial, Kalbuadi, di sudut Jenderal Benny MoerDani untuk mendapatkan pekerjaan di Portugal.
Soares benar-benar marah. Tapi Halza sangat takut padanya di kantor relokasi di dentpasar. Ketika tamu terakhir bertemu dengan kepala suku yang mengumpat di kamarnya, kopernya dibawa keluar. Adalah Halzah yang secepat kilat membuka koper. Dokumen rahasia kemudian dikeluarkan oleh tentara Inter yang bertindak sebagai fotografer.
Hans Hambai berhasil memimpin operasi semangat menulis di Hushe. Operasi tersebut terjadi saat Bakin mengantisipasi kedatangan Hugo Tinguely, mahasiswa asal Swiss, ke Jepang pada tahun 1977. Namun CIA berbicara tentang informasi yang mencurigakan.
Bakin kemudian mendapat informasi dari target audiensnya. Sebelum masuk ke Indonesia, lihatlah kehidupan di Jepang dari bulan ke bulan. Di negara tersebut, ia menjadi pengejar polisi karena dianggap kasihan pada tentara Jepang. Pemberian informasi akhirnya menjadi ambigu sebagai subjek untuk dianalisis dan disebarluaskan. “Intel Satsus bergegas menyelidiki tersangka pelajar tersebut. Dengan klasifikasi dipimpin oleh Hans Hagza,” kata Ken.
Di hotel tempat Tinguely menginap, Haza yang berpura-pura menjadi guru dari Singapura, mengenal kamar tamu tersebut. Mereka mendekat. Bagi mahasiswa yang belajar di Jerman Barat, Hagza terkesan fleksibel. Tinguely setuju untuk bertemu keesokan harinya. Sesuai janji, keesokan harinya mereka bertemu.
Hamzah membawa sebuah wisma di Jeses Raden saleh ikini yang sangat mahal. Tinguely setuju untuk tinggal di sana. Di dekatnya, Halza mengajak Tinginely ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada saat itu, dia mengetahui bahwa dia dikelilingi oleh mata-mata. Namun dia tidak pernah meremehkan Hagza. “Indonesia punya banyak mata-mata,” katanya kepada Hagza.
Tinguely tahu dia punya bingkai di luar karena kebanyakan fotografer mengambil gambar dari jarak jauh. Sang fotografer tak lain adalah si jenius dalam perkenalan langsung Benny Moerdani. Namun, performa burung puyuh ini sepertinya tidak akan terlihat seperti yang diperkirakan.
Tinguely, yang mempercayai Hagza dan menjual banyak hal tentang apa yang dia lakukan di Jepang dan Jerman bagian barat, tidak terlihat. “Dia tidak punya apa-apa selain pernyataan kepentingan daripada autorator pemerintah,” kata Ken.