JAKARTA – Mendekati Hari Pahlawan pada tahun 2024, sudah sepatutnya setiap orang Indonesia mengenang kerja keras yang telah dilakukan seluruh pahlawan demi negara meraih kemerdekaan dan kemajuan.
Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November mengacu pada besarnya perlawanan Indonesia pada Pertempuran Surabaya yang dimulai pada 10 November 1945.
Baca Juga: 10 Ucapan Hari Pahlawan, Dapat Menginspirasi Bangsa
Saat itu, tentara Indonesia yang menginginkan kemerdekaan melakukan perlawanan terhadap tentara Inggris dan Belanda yang tergabung dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Terlepas dari sejarahnya, Indonesia kini akan memiliki 206 pahlawan nasional pada tahun 2024. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui nama-nama yang ada dalam daftar tersebut, terutama tiga pahlawan nasional yang ada di artikel ini.
Baca juga: Biografi Pendidikan Mohammad Hatta, Wakil Presiden RI yang Pernah Belajar di Belanda.
Menyambut Hari Pahlawan tahun 2024, alangkah baiknya jika kita masyarakat Indonesia lebih mengenal pahlawan nasional kita agar rasa patriotisme kita semakin kuat.
3 Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Indonesia 1. Silas Papare
Silas Papare adalah salah satu pahlawan yang kurang dikenal, meskipun upayanya untuk menyatukan Irian Jaya (Papua) sebagai bagian dari Indonesia cukup signifikan. Ia pernah dipenjara karena terus mendorong kelompok Papua untuk melanjutkan pemberontakannya melawan Belanda.
Foto/TNI AU.
Ia juga menjadi salah satu orang yang diyakini Presiden Soekarno sebagai wakil Indonesia dalam Perjanjian New York yang mengakhiri perselisihan antara Belanda dan Indonesia mengenai Hindia Barat. Namanya diabadikan pada KRI Silas Papare nomor lambung 386, salah satu korvet kelas Parchim milik TNI Angkatan Laut.
Baca Juga: 4 Contoh Pesan Hari Pahlawan yang Mendorong Kecintaan Terhadap Bangsa
Ada juga monumen Silas Papare di dekat pantai dan pelabuhan Serui. Di Jayapura, namanya belum mati seperti nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Silas Papare.
Silas Papare lahir pada tanggal 18 Desember 1918 dan meninggal pada tanggal 7 Maret 1978. Karena karya besarnya, negara Indonesia memberinya gelar Pahlawan Nasional dengan Keputusan Presiden No. 77/TK/1993 tanggal 14 September 1993.
2. Johannes Leemena
Laksamana (dada) Dr. Johannes Leemena dikenal sebagai menteri terlama di pemerintahan Presiden Sukarno, yakni hampir 20 tahun.
Leimena menjabat di 18 kabinet berbeda, mulai dari kabinet Sjahrir II (1946) hingga kabinet Dwikora III (1966), menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Menteri Koordinator Distribusi, Wakil Menteri Pertama, dan Menteri Sosial. Dia bugar. Selain itu, ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Konstituante serta memimpin Partai Kristen Indonesia (Parkindo) antara tahun 1950 hingga 1961.
Institut Gambar/Lemena.
Leemena, lahir pada 6 Maret 1905, berasal dari keluarga Kristen di Ambon, Maluku, yang orang tuanya adalah seorang guru. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 sangat mempengaruhi dirinya, ketika rumahnya diserang.
Dalam pertemuan-pertemuan yang berlangsung pasca kejadian tersebut, Lemenah diyakini telah memberikan nasehat kepada Soekarno tentang cara mencegah pecahnya perang saudara. Ia juga menyaksikan penandatanganan Supersemester pada tahun 1966.
Leemena meninggal pada tanggal 29 Maret 1977 di Jakarta. Pada tahun 2010, 33 tahun setelah kematiannya, Leemena dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
3. Apartemen
Jika mendengar tentang pahlawan Aceh, pasti yang terlintas di benak Anda adalah Kat Nyak Dien atau Teuku Omar. Itu sebabnya banyak orang yang belum mengetahui siapa Malahayati atau nama lengkapnya Keumalahayati.
Malahayati adalah seorang pendekar wanita dari Kesultanan Aceh. Wanita kelahiran 1 Januari 1550 ini masih memiliki darah pendiri Aceh Darussalam di tubuhnya.
Foto/Indonesiabike.id
Ketika Malahayati mengambil alih jabatan Kepala Pengawal Istana dan Panglima Protokol Pemerintahan dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Siya IV pada tahun 1585-1604, ia memerintahkan para Inong Bali (janda pahlawan yang terbunuh) untuk berperang melawan armada Belanda dan kapal selam pada 11 September 1599 Membunuh Cornelis de Houtman dalam pertarungan tangan kosong.
Dari sana ia mendapat pangkat Laksamana, sehingga ia dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Sepeninggalnya pada tanggal 30 Juni 1615, jenazah Malahayati dimakamkan di Bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.
Laksamana Malahayati menerima gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 2017 oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden No. 115/TK/Tahun 2017 Republik Indonesia. Tak hanya itu, hari ulang tahunnya juga dijadikan hari perayaan internasional bagi masyarakat Indonesia. Pameran pemerintah di Forum UNESCO di Perancis pada tahun 2023.