BISSAU – Pertandingan sepak bola yang didedikasikan untuk pemimpin junta Guinea, Jenderal Mamady Doumbouya, berubah menjadi pembantaian besar-besaran pada Minggu waktu setempat.
Sebanyak 56 orang tewas terinjak-injak setelah mereka menyerbu lapangan untuk memprotes keputusan penalti wasit.
Pertandingan digelar di Stade du 3 Avril antara tim tuan rumah N’Zerekore dan tim tamu Labe.
Wasit memberi satu atau dua pemain kartu merah dan memberikan penalti kepada tim tuan rumah di menit-menit akhir pertandingan. Keputusan ini menimbulkan kemarahan di kalangan pendukung tim Labe.
Dalam tragedi ini, pihak oposisi menuduh pemerintah yang dipimpin militer mempunyai “tanggung jawab langsung”.
Gambar video tragedi itu diposting di
Peristiwa tersebut awalnya diberitakan sebagai bentrokan antar suporter.
Menurut para saksi mata, para pejabat yang menyaksikan perkelahian tersebut, termasuk dua menteri, dilarang meninggalkan tempat tersebut, sehingga menyebabkan pelemparan batu dan penembakan gas air mata oleh pasukan keamanan.
– Kepanikan segera terjadi, yang menyebabkan penyerbuan yang tidak terkendali, katanya.
“Orang-orang terinjak atau terluka saat mencoba melarikan diri,” tambah seorang saksi mata yang tidak disebutkan namanya, dilansir AFP, Selasa (12/03/2024).
Seorang jurnalis AFP menggambarkan insiden itu sebagai “pembantaian massal”.
Puluhan orang, termasuk anak-anak, tewas dan lainnya terluka dalam kerusuhan tersebut.
Sekadar informasi, pimpinan junta Guinea, Jenderal Mamady Doumbouya, naik ke tampuk kekuasaan setelah ia merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2021 dan mengangkat dirinya sebagai presiden.
Pihak oposisi menuduh junta menggunakan olahraga untuk tujuan politik.