JAKARTA – Insentif mobil listrik masih terus dibicarakan pemerintah. Sebab, kebijakan ini rencananya akan berakhir pada akhir tahun ini. Oleh karena itu, produsen harus yakin dengan kebijakan ini untuk menciptakan ide di tahun mendatang.
Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) berharap pemerintah mempercepat promosi kendaraan listrik. Menurutnya, perluasan distribusi kendaraan listrik di Indonesia sangat penting.
“Yang paling penting adalah mobil listrik. Justru jangan sampai aturan perpajakan yang ada saat ini untuk mendukung PPN (mobil listrik) langsung terjadi pada Januari (2025) ,” kata Frans saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Oleh karena itu, Prancis meminta pemerintah segera memastikan kelanjutan insentif tersebut. Karena masyarakat tidak menunda membeli mobil baru, hal ini menyebabkan angka penjualan turun drastis.
Makanya tidak seperti tahun ini yang baru keluar Februari. Nanti ada modus ‘rush’ bagi penjual mobil listrik, kata Frans.
Terkait kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen, Prancis menyebut perusahaan masih bisa mengupayakannya. Caranya adalah dengan menaikkan harga mobil baru guna mempertahankan ukuran pasar.
“Kami temukan masih bisa menyiasatinya. Kenapa? Dari pabrikan, ada rule atau kaidah untuk tidak menaikan harga terlebih dahulu. Katanya untuk memudahkan konsumen kami karena itu perlu pengaturan dan volume perdagangan,” katanya.
Namun, Prancis mengakui akan ada kendala bagi produsen jika VA 12 persen diterapkan tahun depan. Diharapkan pemerintah lebih memberikan insentif kepada industri mobil agar terhindar dari banyak pihak.
Padahal, saya akan mendorong pemerintah memberikan insentif yang bisa meningkatkan volume (penjualan) seluruh usaha, ”ujarnya.