JAKARTA – Penemuan bulu yang disebut-sebut milik harimau jawa pada tahun 2024 menimbulkan pertanyaan besar apakah kucing terbesar itu benar-benar punah.
Indonesia pernah menjadi rumah bagi tiga subspesies harimau: Harimau Sumatera, Harimau Jawa, dan Harimau Bali. Sayangnya harimau jawa dan bali punah dan hanya harimau sumatera yang tersisa.
Dan pada tahun 2022, penampakan harimau jawa akan meningkat di beberapa kawasan hutan di Pulau Jawa. Sementara itu, populasi harimau di alam liar terus mengalami tekanan.
Harimau sumatera sendiri kini terancam punah, dengan perkiraan populasi dewasa sebanyak 393 ekor, turun 10% dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 439 ekor.
Ada banyak laporan tentang Harima Jawa, dimana metode CMR atau kamera jebakan adalah satu-satunya alat utama untuk “menangkap” harimau dalam bingkai foto.
Seperti dilansir The Conversation, cara ini jauh lebih mudah dibandingkan berburu harimau sendiri.
Selain peralatan, CMR memerlukan desain pembelajaran yang baik. Misalnya, kamera pengintai dipasang di lokasi yang optimal untuk mendeteksi harimau. Tempat tersebut bisa berupa tempat harimau (dimana terdapat harimau atau kotorannya) atau mangsanya.
Pendistribusian kamera juga harus merata untuk memastikan setiap harimau mempunyai peluang yang sama untuk “ditangkap”.
Survei harimau sumatera biasanya menggunakan sistem grid atau grid. Di sini, stasiun kamera tunggal (biasanya berpasangan untuk mengambil gambar kedua sisi harimau) dipasang pada grid berukuran 3×3 km.
Selain itu, survei dilakukan dalam jangka waktu terbatas (biasanya 90 hari). Angka-angka tersebut menjadi acuan untuk mengasumsikan populasi harimau tertutup tanpa adanya kelahiran, kematian, migrasi atau migrasi yang dapat mengubah jumlah harimau di wilayah penelitian selama periode penelitian.
Kondisi di atas nampaknya sederhana. Namun hal ini mungkin lebih sulit diterapkan di lapangan, terutama dengan sumber daya yang terbatas.
Dibutuhkan lebih banyak kamera pengintai dan tim lapangan untuk melakukan survei kamera di wilayah yang luas. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan waktu penelitian yang lama dan biaya operasional yang tinggi.
Penentuan jumlah harimau di wilayah yang luas seperti taman nasional merupakan suatu tantangan karena terbatasnya luas wilayah survei.