Indonesia-Norwegia Luncurkan RBC-4 untuk Kurangi Emisi Karbon

Indonesia-Norwegia Luncurkan RBC-4 untuk Kurangi Emisi Karbon

JAKARTA – Indonesia dan Norwegia telah meluncurkan Kontribusi Berbasis Hasil (RBC-4) tahap keempat. Peluncuran tersebut merupakan bentuk dukungan internasional terhadap pengurangan emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan.

Hal tersebut disampaikan Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim dan Energi Hashim Jojohadikusumo, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurobik, Menteri Kehutanan Raja Julie Antoni, dan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Rut Kruger Kiverin saat sosialisasi hasil UNFCCC COP29. . .

RBC-4 merupakan hasil kerja sama strategis antara Indonesia dan Kerajaan Norwegia sebagai bentuk dukungan internasional terhadap Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+). Melalui RBC-4, Indonesia menerima $60 juta pada tahun 2019-2020 atas keberhasilannya mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia menerima tiga kali pembayaran RBC 1-3. RBC-1 membayar $56 juta untuk pengurangan emisi yang setara dengan 11,2 juta ton CO₂ pada tahun 2016-2017. Sementara itu, $100 juta dibayarkan secara bersamaan untuk pengurangan emisi RBC-2 dan 20 juta ton setara CO₂ dari tahun 2017 hingga 2019.

“Acara hari ini bertujuan untuk memperkenalkan kontribusi penurunan emisi tahap ke-4 dalam kerangka kemitraan baik antara Indonesia dan Norwegia dalam kerangka kerja sama FOLU Net Sink 2030,” jelas Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, Kamis (12/12). /2024). )

“Ini mewakili komitmen kuat atas kerja sama yang baik, kolaborasi, dan aksi bersama untuk mengatasi tantangan lingkungan global di masa depan,” lanjutnya.

Menteri Kehutanan Raja Julie Antony menambahkan bahwa dana kontribusi berbasis hasil sebesar $156 juta telah didistribusikan untuk mendukung kegiatan FOLU Net Sink 2030, yang mencakup pengelolaan hutan berkelanjutan, penyerapan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan penegakan hukum.

Perundingan RBC telah berlangsung sejak tahun 2022, dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat itu, Siti Nurbaya, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut Kruger Giverin dan Pemerintah Kerajaan Norwegia terlibat aktif, termasuk Menteri Iklim Norwegia. . dan Lingkungan, Andreas Bjelland Eriksen.

Di Jakarta pada 12 September 2022, Indonesia dan Norwegia menyepakati kemitraan baru yang diimplementasikan dalam bentuk Memorandum of Understanding (MoU) untuk mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi GRK dari kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. MoU ini akan memperkuat upaya Indonesia dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan.

Ruang lingkup kerja sama dalam MoU ini mencakup pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui konservasi dan pengelolaan hutan dengan partisipasi masyarakat, termasuk masyarakat adat; Meningkatkan kapasitas untuk meningkatkan penyerapan karbon alami oleh hutan melalui pengelolaan hutan berkelanjutan, rehabilitasi hutan dan kehutanan masyarakat.

Selain itu, konservasi keanekaragaman hayati; Mengurangi emisi gas rumah kaca dari kebakaran dan degradasi lahan gambut serta memperkuat penegakan hukum.

Dalam diskusi di RBC-4 awal tahun 2024, Siti Nurbaya menekankan bahwa kemitraan Indonesia-Norwegia dibangun atas dasar kesetaraan dan bukti faktual. Dengan demikian, melalui kerja sama ini, kedua belah pihak dapat mengambil langkah nyata untuk mencapai tujuan iklim negara masing-masing.

Duta Besar Ruud Kruger mengatakan Norwegia sangat bangga atas kemitraannya dengan Indonesia. Ia menambahkan, Indonesia memimpin dalam pengurangan emisi akibat deforestasi. Ini adalah sesuatu yang perlu diakui secara global.

Dubes Rudd menjelaskan Norwegia melakukan hal ini karena perubahan iklim merupakan tantangan global. Indonesia dianggap telah melakukan pekerjaan paling mengesankan dan mempunyai arti penting bagi seluruh dunia. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di seluruh dunia.

“Saya pikir Norwegia dan Indonesia kini menunjukkan contoh yang bagus tentang bagaimana negara-negara Barat dan negara-negara hutan hujan dapat bekerja sama untuk mengatasi tantangan iklim. “Dengan ini, saya rasa kami sangat bersemangat untuk kembali bekerja sama dengan Indonesia, dan kami benar-benar berharap dapat bekerja sama lagi dengan Indonesia. Mari kita lanjutkan kerja sama kita, “ujarnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *