JAKARTA – Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan serius di Jakarta selama bertahun-tahun. Terbatasnya lahan dan pesatnya pertumbuhan volume kendaraan mempersulit pembangunan infrastruktur jalan.
Calon gubernur nomor tiga Jakarta, Pramono Anung, dalam debat Pilkada Jakarta beberapa waktu lalu, menyuarakan salah satu solusi paling efektif adalah menciptakan sistem transportasi umum yang andal, mudah diakses, dan terintegrasi dengan daerah penyangga. kembali
Pramono menegaskan, membangun lebih banyak jalan dan jalan layang tidak akan cukup mengatasi kemacetan lalu lintas. Ia mengatakan solusi yang lebih efektif adalah sistem transportasi umum yang komprehensif yang mencakup Bogor, Dipok, Tangerang, dan Bekasi.
Mobilitas masyarakat akan lebih efektif jika angkutan umum bisa menjangkau daerah penyangga, ujarnya di Jakarta, Minggu (13/10/2024).
Komentator transportasi Joko Setihoverno mendukung pandangan ini dan menekankan pentingnya cakupan angkutan umum yang lebih luas di Jakarta. “Sebagian besar pekerja di Jakarta tinggal di daerah penyangga. Ia mengatakan, jika angkutan umum menjangkau wilayah-wilayah tersebut, maka ketergantungan terhadap kendaraan pribadi bisa berkurang.
Meskipun Jakarta telah menunjukkan kemajuan dengan Trans Jakarta, MRT dan LRT, sistem ini masih terbatas di dalam kota dan tidak mencapai tingkat zona penyangga yang optimal. Keterbatasan aksesibilitas membuat banyak warga di daerah penyangga harus menggunakan kendaraan pribadi, sehingga kemacetan lalu lintas tinggi.
Joko menambahkan, integrasi antar moda transportasi sangat penting. Moda transportasi seperti LRT, MRT, dan TransJakarta perlu terkoneksi dengan lebih baik agar perjalanan masyarakat lebih efisien. Selain integrasi fisik, integrasi tarif juga perlu dilakukan agar masyarakat lebih tertarik menggunakan angkutan umum karena lebih hemat, kata Joko.
Namun tantangan lain yang harus dihadapi adalah preferensi warga Jakarta yang lebih nyaman menggunakan sepeda motor. Joko menekankan pentingnya pendidikan dalam mendorong perubahan budaya tersebut. Ia juga menekankan bahwa di negara maju, kebijakan yang mendorong warganya untuk berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum lebih berhasil karena infrastrukturnya nyaman dan aman.
Joko juga menyoroti kelemahan konsep transportasi sungai yang sudah teruji pada era Sutioso dan kembali diusulkan oleh Ridwan Kamil. Menurut dia, angkutan sungai tidak realistis karena aliran air yang tidak stabil dan kebersihan sungai yang kurang.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Joko menyarankan agar pemerintah mempercepat pengembangan jalur angkutan umum dan meningkatkan simbiosis antara pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan visi Jakarta sebagai kota dengan angkutan umum terbaik di Asia Tenggara.