Internalisasikan Nilai Pancasila dalam Diplomasi melalui Pendidikan

Internalisasikan Nilai Pancasila dalam Diplomasi melalui Pendidikan

Dalam rangka Dies Natalis ke-58, Universitas Pancasila menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Dunia Diplomasi Pancasila”. Acara ini dipimpin oleh Rektor Universitas Pancasila, Profesor Dr. Dr. Marsudi Wahu Kisworo, IPU Pada kesempatan ini Menteri Luar Negeri periode 2014-2024 Dr. Reto Marsudi, LL.M. hadir sebagai pembicara

Dalam sambutannya Profesor Dr. Marsudi mengatakan, seminar ini diadakan agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana Pancasila diterapkan dalam diplomasi Indonesia di seluruh dunia dan terus mendorong perdamaian dan kesejahteraan dunia.

Pendidikan menjadi kunci internalisasi nilai-nilai Pankasila dalam diplomasi, ujarnya.

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa Universitas Pancasila mempunyai visi untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki nilai-nilai baik Pancasila, oleh karena itu program ini kami selenggarakan pada hari ini.

Ditambahkannya, ke depan akan diadakan rangkaian acara lain mengenai bagaimana penerapan Pancasila pada kegiatan lainnya. Dikatakannya, kali ini kami mengundang Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk melihat bagaimana nilai-nilai Pancasila jika diterapkan dalam diplomasi internasional.

Rektor Marsudi juga menegaskan agar nilai-nilai Pankasila semakin relevan saat ini, kegiatan mulai dari kegiatan kemahasiswaan, perkuliahan dll akan dilaksanakan di seluruh kampus Universitas Pankasila. “Harga Pancasila yang lebih baik itu lebih penting,” ujarnya.

Sementara itu, Reto Marsudi dalam paparannya menyampaikan bahwa Pancasila berperan penting dalam pemersatu bangsa dan negara. Indonesia sangat beruntung memiliki Pancasila. Paus Fransiskus memuji Indonesia saat diwawancarai Presiden Jokowi saat berkunjung ke Indonesia pada September lalu. Meski berbeda kasta, agama, kasta dan bahasa, kita bersatu karena pancasila.

Ia juga menjelaskan peran diplomasi Pancasila yang juga terlihat di KAA Bandung. Ia berspekulasi, semangat nilai-nilai Pancasila di KAA Bandung mulai dari semangat keadilan hingga semangat revitalisasi, multikulturalisme, kerjasama dan musyawarah tampaknya menginspirasi gerakan Bandang.

Semangat Pancasila ini masih relevan dan relevan hingga saat ini, kata Menlu era Jokowi itu. Ia menilai tidak mudah mengelola negara terhormat dengan pendekatan komersial. Ia mengatakan: “Pendekatan perdagangan tidak sepenuhnya salah. Namun, di era perdagangan, kita harus pintar-pintar melihat dan mendefinisikan kepentingan nasional kita. Kepentingan nasional harus menjadi strategi untuk maju di antara negara-negara lain.”

Ia berharap generasi muda dapat menjunjung Pancasila sebagai prinsip dan kompas bangsa. Harapannya, nilai-nilai Pancasila menjadi kompas, bukan dihafal tapi ditindaklanjuti. Katanya, kita berdoa semoga pemerintah ke depan menjadi negara yang adil dan makmur.

Pembicara lainnya adalah Dr. Darmans Jumala, SE., MA, menyoroti Pancasila sebagai falsafah, infrastruktur negara, dan ideologi yang diterapkan dalam politik luar negeri Indonesia. Ia menyoroti pengakuan Pancasila sebagai “Memori Dunia” oleh UNESCO yang diharapkan dapat mendorong hubungan internasional. Ia menyebutkan, uji sejarah membuktikan bahwa Pancasila dianut bangsa Indonesia secara tinggi dalam tiga bidang, yaitu sebagai falsafah, sebagai landasan negara, dan sebagai cita-cita.

“Sebagai suatu filsafat, Pancasila diyakini sebagai suatu sistem nilai yang hidup dalam masyarakat (sebagai Pankasila “living ideal”). Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber nilai dalam pembuatan segala peraturan perundang-undangan. peraturan ideal, Pancasila menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. “Berisi kumpulan gagasan, konsep dan cita-cita, yang dijadikan sebagai “metode”, kata Dr. Jumat

Profesor Dr. Dr. Eddie Pratomo, SH., MA

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *