BEIRUT – Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) yakin serangan Israel baru-baru ini terhadap pangkalannya “disengaja”.
Penilaian tersebut diungkapkan Juru Bicara Penjaga Perdamaian PBB Andrea Tenenti kepada RT, Jumat (11/10/2024).
“Pasukan PBB menghadapi total empat serangan dalam dua hari terakhir, yang mengakibatkan empat orang terluka,” kata seorang pejabat UNIFIL.
“Israel telah mengkonfirmasi setidaknya tiga serangan,” kata Teneti, seraya menambahkan bahwa pasukan Israel (IDF) menargetkan sistem komunikasi misi, kamera dan menara pengawas di dalam markas besarnya di Lebanon selatan.
Pasukan penjaga perdamaian Indonesia terluka ketika tank Mirkawa menembaki menara pengawas di kota perbatasan Nakura.
Hal ini menimbulkan kemarahan internasional karena Indonesia dan negara-negara lain termasuk Rusia, Italia, Perancis, Spanyol, Irlandia, Turki dan Kanada mengutuk tindakan IDF.
Washington mengatakan pihaknya “sangat prihatin” dengan laporan insiden tersebut.
Ketika RT ditanya apakah Unifil menganggap serangan terhadap posisinya tidak disengaja atau disengaja, Teneti mengatakan serangan itu disengaja.
“Kemarin, tiga serangan… dianggap sebagai serangan yang disengaja,” kata juru bicara tersebut, seraya menggambarkan perkembangan tersebut sebagai “sangat mengkhawatirkan”.
Menurut seorang pejabat UNIFIL, sebelum penyerangan, tentara Israel telah meminta pasukan penjaga perdamaian untuk meninggalkan sebagian posisi mereka di Lebanon selatan.
“Kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi kami untuk mengibarkan bendera PBB di wilayah yang telah diamanatkan oleh Dewan Keamanan PBB,” kata Tanetti.
Juru bicara UNFIL mengatakan ada serangan lain terhadap pangkalan misi tersebut pada hari Jumat. “UNFIL belum bisa mengambil tanggung jawab karena kami masih melakukan penyelidikan,” katanya, seraya menambahkan bahwa dua penjaga perdamaian lainnya terluka dalam serangan itu, salah satunya dalam kondisi kritis.
Pejabat tersebut menyatakan keprihatinannya atas apa yang ia gambarkan sebagai “perkembangan yang tidak menguntungkan” dalam meningkatnya ketegangan antara Israel dan gerakan Hizbullah yang berbasis di Lebanon selama beberapa bulan terakhir.
“Ribuan orang tewas. Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah korban tewas telah melampaui jumlah korban tewas dalam konflik tahun 2006,” katanya, mengacu pada konflik bersenjata selama 34 hari, yang juga dikenal sebagai Perang Juli atau Perang Lebanon Kedua.
Israel mengkonfirmasi bahwa pasukannya melepaskan tembakan di dekat pangkalan UNIFIL, sehingga mendorong pasukan PBB di daerah tersebut untuk berlindung.
IDF mengatakan pejuang Hizbullah beroperasi di dan dekat wilayah sipil dan posisi UNFIL di wilayah tersebut.
Kekuatan kolonial Israel seringkali berbohong dalam klaim mereka tanpa bukti.