JAKARTA – Tersangka kasus pembunuhan Wayan Myrna Salihin Jessica Kumala Wongso resmi mengajukan peninjauan kembali (PK) hari ini. Dalam kasus PK atau dikenal dengan kasus Kafe Sianida, ia membawa kasus baru yang berisi gambar CCTV Kafe Olivier yang merupakan tempat kejadian perkara (TKP).
“Yang pertama kami gunakan adalah flashdisk yang merekam kejadian dugaan pembunuhan Myrna (di sebuah toko) di Olivier,” kata kuasa hukum Jessica Wongso, Otto Hasibuan, di Pengadilan Negeri Jakarta, Rabu (9)/10/2024. ).
Dia menjelaskan, rekaman CCTV lengkap di area tersebut tidak pernah ditampilkan selama persidangan. Otto mengungkapkan, ayah Mirna, Edi Dharmavan Salikhin, yang menyimpan CCTV tersebut.
Hal itu diketahuinya usai wawancara Edi Dharmavan dengan salah satu saluran TV swasta. Kemudian, lembaga penyiaran swasta memutuskan untuk memperbarui rekaman CCTV.
Artinya rangkaian CCTV terpotong seluruhnya, puzzlenya belum lengkap. Misalnya rekaman 6 sampai 6, ada yang kurang, ujarnya.
Baca juga: Jessica Wongso menghirup udara segar tanpa syarat
Otto mengatakan CCTV yang diputar selama persidangan tidak lengkap. Dia benar-benar mengira dia adalah seorang insinyur. Pasalnya, dalam kualitas video tersebut terdapat dua orang saksi ahli, yaitu Jaksa Christopher Harriman dan M. Nuh.
Otto menjelaskan, saat ahli Christopher memutar rekaman CCTV dengan resolusi 1920×1080 piksel, sedangkan M. Noah dengan kualitas 960×576 piksel. “Apa jadinya? Jadi bayangkan kualitasnya high definition banget, tapi streamingnya masuk ke standard definition jadi buram,” ucapnya.
Dengan adanya hal tersebut, menurut Otto, ahli menjelaskan apa yang dipahaminya, tidak lagi berdasarkan bukti rekaman CCTV asli. “Akhirnya ahli bilang ke hakim begitu. Jadi tafsiran ahlinya kita tidak lagi melihat sebenarnya apa yang terjadi di CCTV. Kalau CCTV tidak diinterpretasikan, kita hanya bisa melihat apa yang terjadi. Adegan apa saja yang terjadi?” terjadi di CCTV,” katanya.
Otto melanjutkan, berkurangnya kualitas rekaman CCTV berdampak pada warna video yang diputar selama persidangan. Menurutnya, di situlah Jessica Wongso meracuni kopi Myrna.
Tahap kedua, pukul 16.59 dan 18.25, saat Vic (es kopi Vietnam) meminum Myrna, level monitornya turun, ujarnya.
“Pada akhirnya yang terjadi adalah ahli toksikologi melihat warna yang berbeda-beda. Di sini seolah-olah ada sesuatu yang berubah karena ada yang ditambahkan. Perbedaan warna itu sebenarnya karena kacanya berubah warna, tapi karena kualitasnya. gambarnya beda,- tutupnya.