GAZA – Pesawat tempur Israel mengebom sebuah sekolah pengungsi Palestina di Gaza tengah Senin dini hari. Sebanyak 25 warga Palestina tewas, termasuk 15 anak-anak.
Sebuah sekolah dan tenda-tenda di dekatnya di sekitar Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah dihancurkan dan dibakar dalam pemboman udara.
Mengutip laporan BBC, Selasa (15/10/2024), informasi dari Otoritas Pertahanan Sipil Gaza menyebutkan sekitar 80 orang terluka, beberapa di antaranya mengalami luka bakar serius.
Hamas mengutuk keras serangan jet tempur Israel terhadap sekolah-sekolah di Gaza.
“Kebijakan pendudukan fasis [Israel] didasarkan pada serangan yang disengaja terhadap warga sipil di daerah pemukiman dan tempat suci,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Hamas juga menuduh AS melakukan invasi brutal ke Zionis Israel.
“Musuh tidak akan berani melanjutkan pembantaian mengerikan di Gaza atau memperluasnya di wilayah tersebut jika bukan karena perlindungan yang diberikan oleh pemerintah AS dan keheningan internasional mengenai kejahatan ini,” tambah kelompok perlawanan Palestina.
Hamas menyerukan komunitas internasional dan PBB untuk mengambil tanggung jawab hukum dan etika terhadap Jalur Gaza dan berupaya mengakhiri kejahatan dan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan sedang menyelidiki laporan korban sipil dalam serangan itu.
Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), gedung sekolah akan digunakan untuk memberikan vaksin polio mulai Senin.
Militer Israel juga menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya dalam serangan terpisah di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza tengah.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukannya telah melakukan serangan presisi terhadap pusat kendali “teroris”.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk tindakan Pasukan Pertahanan Israel dan banyaknya korban sipil akibat meningkatnya pemboman Israel.
“Dia dengan tegas meminta semua pihak yang berkonflik untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan menekankan bahwa warga sipil harus dihormati dan dilindungi setiap saat,” kata juru bicaranya Stephane Dujarric.