TNI Angkatan Laut (AL) terus dikerahkan. Baru-baru ini, mereka mengakuisisi kapal pertahanan berupa BHO/Ocean Going (BHO/Ocean Going) untuk mengukuhkan pengalaman mereka sebagai perusahaan yang andal dan bereputasi baik. Kapal hasil kolaborasi Kementerian Pertahanan Jerman (Kemhan) dan Abeking & Rasmussen ini diluncurkan pada akhir September 2024 di galangan kapal PT Palindo Marine di Batam.
Baca Juga: Perkuat Otot TNI AL
Pembangunan kapal BHO (Ocean Going) diharapkan dapat berjalan sangat cepat. Diawali dengan pemotongan geladak pertama (first steel cutting) pada tanggal 15 September 2023 dan peletakan kapal pada tanggal 14 Desember 2023. Pada tanggal 24 September, Palindo menyelesaikan kapal tersebut dan menyerahkan sisi-sisinya ke Abeking & Rasmussen. Direktur Kementerian Perdagangan. Pertahanan melalui program kontrak offset konstruksi platform.
Namun kapal tersebut belum selesai 100 persen karena pengerjaannya harus dilakukan di Jerman oleh Abeking & Rasmussen yang harus memasang seluruh peralatan kelautan, menyelesaikan pekerjaan dan menyelesaikan pembangunannya. Staf Ahli Bidang Perekonomian Kementerian Pertahanan yang memimpin acara peresmian kapal BHO (Ocean Going) di Dermaga PT Palindo Marine, Mayjen TNI Steverly Si Parengkuan, mengatakan, kontrak pembuatan kapal BHO (Ocean Going) tersebut. Hal ini merupakan bagian dari kerja Kementerian Pertahanan untuk mendorong kemandirian industri pertahanan dalam negeri, meningkatkan kecepatan negara, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Ketua Komite Peningkatan Mutu (KKIP) L. Umum. TNI (Purn) Yoedi Swastanto, Wadan Pusidorsal Laksamana TNI Ronny Saleh, Kadisadal Laksamana TNI Ifa Djaya Sakti, Dirut Abeking & Rasmussen Matthias Hellman, Direktur. Palindo Charles Weerawan dan para tamu undangan. Dibacakan Wadan Pushidosal, Panglima Pushidosal Laksamana Muda TNI Budi Purwanto mengungkapkan kebahagiaannya atas penambahan peralatan keamanan pada kesatuannya.
Dikatakannya, hal terpenting yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah memiliki alutsista yang berteknologi maju. “Tanpa dukungan alutsista, kegiatan penelitian dan pemetaan tidak akan berhasil. Saya sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan kapal BHO (Ocean Going), terutama sebagian besar Kementerian Pertahanan yang terus melakukan pembangunan. memperkuat pembangunan. Tentang teknologi dan infrastruktur maritim,” kata Komandan Pushidosal.
Dari segi informasi, kapal BHO (Ocean Going) terutama bertugas melakukan survei dan pemetaan pesisir, laut dangkal, dan samudera dengan menggunakan teknologi survei canggih. Dilengkapi dengan sensor bawah air, kapal ini mampu mencapai kedalaman 600 meter hingga 11.000 meter. Dengan kemampuan tersebut, kapal BHO (Ocean Going) dapat digunakan untuk mendukung pencarian objek bawah laut terutama dalam situasi darurat.
Selain itu, dilengkapi dengan helipad MTOW maksimum 12 ton, meriam 20 dan 12,7 mm, teknologi pengawasan, navigasi dan pemeliharaan untuk mendukung operasi. Dibangun dari baja berkualitas, 3.419 ton, kecepatan 16 knot, kapasitas muat baru 200 ton, daya tahan 60 hari, begitulah cara kerja kapal. mempekerjakan 90 pekerja dengan menggunakan sistem produksi hybrid.
Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali sebelumnya (25/06/2024), TNI AL berencana meluncurkan kapal pendukung angkatan laut baru setiap tahunnya, demikian laporan Antara. mempertimbangkan kemungkinan finansial. Jika tidak memungkinkan, TNI AL berencana menambah sensor untuk dipasang di kapal tua. Disebutkan, pada tahun 2024 mendatang TNI Angkatan Laut tengah menantikan dua kapal asisten peneliti angkatan laut yang dibangun di Inggris dan Jerman bekerja sama dengan galangan kapal.
Kapal buatan Jerman ini didasarkan pada kapal BHO (Ocean Going) milik Palindo yang bermitra dengan Abeking & Rasmussen. Kapal buatan Inggris ini didasarkan pada SRVS (sistem kendaraan penyelamat kapal selam) yang diproduksi oleh perusahaan Inggris Submarine Manufacturing & Products (SMP), yang diakuisisi melalui kemitraan dengan PT BTI Indo Tekno. Pembelian SRVS termasuk pembelian SRVS dengan satu kapal penyelamat (SRV-F Mk.3), satu motherboard dan perlengkapan lainnya (ruang kompresi, peluncuran, overhaul, pengangkut udara, remote control).
Baca juga: TNI AL Harap Indonesia Emas
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya BHO mengambil alih kapal tersebut. Sebelumnya, Pushidosal ditugaskan di KRI Pulau Rote (721), KRI Pulau Rote (723), KRI Pulau Rempang (729) (pensiun), KRI Dewa Kembar (932), KRI Rigel (933), KRI Spica (934), KRI . Pollux (935), KRI Aries, KRI Vega. KRI Rigel dan KRI Spica merupakan kapal yang dibangun oleh OCEA, Les Sables-d’Olonne, Perancis. Hasil kajian lainnya, Pushidorsal memiliki kapal BHO multiguna KRI Leuser (942) yang dilengkapi peralatan penilaian kelaikan laut.
Ada banyak kapal BHO dengan Pushidosal jika Anda melihatnya. Meskipun karyanya hanya untuk keperluan penelitian. Secara umum, bukankah lebih baik menjual kapal perang saja daripada memesan kapal? Namun keinginan Kementerian Pertahanan untuk memperkuat Pushidorosal dan harapan TNI AL untuk memperkuat kapal BHO dan SRVS memiliki alasan strategis. Lantas, bagaimana proses perencanaan kapal HBO untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kapal?
Peran Pushidosal
13 September 2016 adalah hari yang terkenal untuk Pushidorsal. Intensitasnya semakin meningkat ketika TNI Angkatan Laut melalui Laksamana TNI Ade Supandi, Kepala Staf Angkatan Laut RI, membenarkan bahwa Pusidorosal dikomandani oleh Panglima (Laksamana Muda) bintang dua. Artikel “Sejarah Panjang Pushidorsal Menuju Organisasi Hidrografi Profesional” yang dimuat di https://maritimnews.com mencatat bahwa kebijakan ini melambangkan semangat Pushidorsal, organisasi hidrografi profesional yang menjadi kebanggaan dan peran penting bangsa Indonesia. . Masa depan berdasarkan pengetahuan tentang Poros Samudera Global dan Jalur Laut yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.
Sederhananya, Poros Samudera merupakan konsep geopolitik yang menekankan pentingnya laut sebagai sumber daya perekonomian Indonesia. Saat ini, tol laut digambarkan sebagai ide logistik maritim di Indonesia, yang bertujuan untuk mengirimkan barang secara efisien ke daerah-daerah terpencil di mana harga barang tidak terjangkau.
Berkat hal tersebut, Pushidorosal terus berkembang menjadi perusahaan hidrografi profesional kebanggaan bangsa Indonesia. Informasi ini memerlukan data hidrografi dan kelautan. Oleh karena itu, Pushidosal terus berbenah untuk menjadi perusahaan hidrografi profesional kebanggaan bangsa Indonesia.
Baca Juga: Wakil Panglima Sebut 41 Kapal TNI AL Akan Direhabilitasi
Menurut beberapa sumber, Pushidosal yang terletak di Jalan Pantai Kuta V/1 Ankol Timur, Jakarta Utara, merupakan Kotama pengembangan TNI Angkatan Laut di bawah KSAL. Sesuai Perpres Nomor 62 Tahun 2016 tentang perubahan Perpres Nomor 10 Tahun 2010, setelah dikukuhkannya Golongan TNI AL, tentang Panitia Pelaksana TNI, tanggung jawab penting terhadap pelaksanaan pengembangan hidro-riset Pusidorosal dan oseanografi berbasis penelitian. , pemetaan laut, komunikasi, pemanfaatan lingkungan laut, navigasi yang aman dan penyiapan data untuk TNI dan kepentingan umum, pengetahuan tentang kawasan perlindungan laut.
Bagi TNI Angkatan Laut, peran Pusidorsal sangat krusial menjelang perang baru. Melansir www.pushidrosal.id, Pimpinan acara ke-17 yang dilaksanakan di Pushidorsal pada Mei 2024 dibacakan oleh KSAL Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali Kolonel Laut Aslog Danpushidrosal (T) Sidyk Wahono dan membahas permasalahan dan tantangan TNI AL. Lebih banyak pekerjaan akan ditambahkan di masa depan.
Kecepatan, kompleksitas, dan perkembangan teknologi lingkungan, dunia, negara, dan negara memerlukan keluwesan, keluwesan, dan kestabilan TNI Angkatan Laut untuk mampu menangani situasi sulit. Mengelola situasi sulit ini memerlukan peran Pushidorosal.
Sementara itu, dimuat di idu.ac.id/, “Peran Praktis Pusat Oseanografi Angkatan Laut dalam Penanggulangan Bencana,” Kristiono dkk menjelaskan, Pushidorosal bertugas melakukan pembinaan oseanografi. Menyiapkan data dan informasi mengenai kebutuhan TNI dan kepentingan sipil serta kawasan lindung di laut untuk menunjang operasi pokok TNI Angkatan Laut.
Sebagaimana dijelaskan, UU No. Menurut Resolusi 34 Tahun 2004 tentang TNI, peran utama militer, selain perang, adalah menangani dampak bencana alam dan pengungsian, memberikan bantuan kemanusiaan, dan membantu pencarian dan penyelamatan. Selain amanah yang diberikan Konstitusi kepada TNI, Pusidosal juga melaksanakan penanggulangan bencana, bantuan pencarian dan pertolongan pada saat terjadi bencana dan musibah baik alam maupun non alam.
Bencana KRI Nanggala-402 tidak boleh terulang kembali
Rabu 21 April 2021 menjadi hari berkabung bagi TNI Angkatan Laut khususnya divisi kapal selam. Betapa tidak, sekitar pukul 03.00 WITA mereka mendapat kabar bahwa KRI Nanggala (402) hilang saat berlatih di perairan utara Bali. Pada tahun 1979, hilangnya alutsista buatan Jerman menjadi perhatian setelah tenggelamnya kapal selam tersebut. 53 awak kapal Hiu Kenkana yang dipimpin Kolonel Harry Setyawan dikabarkan tewas saat menjalankan tugas.
Baca juga: Prabowo Ingin Tambah Jumlah Kapal Perang Baru TNI AL
Dalam pencarian kapal yang hilang tersebut, pihak Indonesia turut serta dalam Kapal Unggulan TNI Angkatan Laut Nantuo-195, Penyelamat Yong Xin Dao-863, Tang Suo 2, Nantuo-195 dan Xin Dao-863. Setiap kapal mempunyai spesifikasi yang berbeda-beda. Tang Suo 2 memiliki kemampuan menyelamatkan ilmu pengetahuan. Penyelamatan diri adalah kemampuan mengangkat benda di bawah air. Kapal tersebut dapat membawa kapal selam, ahli kelautan, dan ahli hidrograf. Selain kapal Tiongkok, MV Swift Rescue asal Singapura juga turut serta.
KRI Rigel (933) pun tak kalah bertanggung jawab. Kapal milik Pushidorosal ini berhasil diimplementasikan menggunakan multi-beam sonar dan magnetometer untuk memberikan gambar bawah air secara detail. Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat itu membenarkan, gambar yang diterima KRI Rigel dipastikan merupakan bagian dari KRI Nanggala (402).
Secara spesifik, bagian-bagian kapal selam tersebut adalah roda buritan, jangkar, badan pers bagian luar, pipa riser, bagian-bagian kapal lainnya, termasuk pakaian pelindung para pelaut yang dikatakan tewas.
Berdasarkan penelitian, kapal BHO dipastikan berperan penting dalam operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) jika terjadi beberapa insiden serius di Tanah Air. Hal ini termasuk membantu pencarian pesawat Adam Air yang jatuh pada Januari 2007 di perairan Majene, Sulawesi Barat; Pencarian Lion Air Boeing 737 MAX 8 PK-LQP Jatuh di Perairan Tanjung Karawang (29/10/2018); dan pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu pada Sabtu (1/9/2021).
TNI Angkatan Laut misalnya mengerahkan KRISpica (934) dan KRILeuser-924 untuk membantu Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) yang menyelenggarakan operasi pencarian saat jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Tanjung Karawang. “CVR Lion Air PK LQP Tersedia, KRI Spica (934) Bekas dan KRI Leuser (924) Bekas Menanggung Hasil” dari www.airspace-review.com memuji Pushidorosal atas kesederhanaan pesawat yang membantunya mendapatkan pesawat tersebut. . 7 hari pada hari keenam program, 3 hari jika tidak ditemukan. Penyelam Komando Kura-kura (Kopaska) dan Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) TNI Angkatan Laut menemukan perekam suara kokpit (CVR) pesawat.
Kapal BHO ideal untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan saat terjadi bencana maritim. Namun, jenis perlindungan ini paling cocok untuk tugas-tugas umum seperti survei, survei, pemetaan laut, pencetakan, penerapan lingkungan laut, TNI dan keselamatan laut umum serta pelatihan. informasi dan informasi tentang kawasan lindung di laut. Dengan melaksanakan pekerjaan tersebut, KRI Nanggala (402) dapat mengurangi dampak bencana.
Bagaimana bisa? Dalam artikel “Gelombang Internal di Perairan Tengah Indonesia” yang dimuat di www.indonesiare.co.id, dilakukan upaya untuk mengumpulkan pendapat para ahli tentang keunikan ciri-ciri Laut Bali baik batimetri maupun fisik penyebab KRI Nanggala. -402 kecelakaan. fitur laut. Dari segi batimetri, Laut Bali yang merupakan bagian dari perairan tengah Indonesia memiliki tipe batimetri yang beragam, mulai dari dangkal hingga tinggi.
Baca Juga: KSAL Tunjukkan Bagaimana Kekuatan Kapal Selam Indonesia Berkembang Pesat
Selain itu, wilayah lautan ini dicirikan oleh proses fisik unik yang terjadi di perairan tersebut, seperti arus silang yang mengubah air laut dari samudera Pasifik dan Hindia; adanya percampuran stratigrafi atau percampuran fisik antar strata perairan laut yang mempengaruhi salinitas dan suhu; dan terbentuknya gelombang atau riak internal pada perairan akibat stratifikasi atau gangguan pada perairan.
Berdasarkan beberapa kondisi fisik, KRI Nanggala (402) ambruk akibat gelombang internal. Ide tersebut muncul dari singkatnya pekerjaan dan kedalaman kapal ditemukan. Dalam beberapa menit setelah kontak terakhir, kapal dapat mencapai kedalaman beberapa ratus meter. Hipotesis yang dikemukakan peneliti adalah besarnya energi yang menyebabkan kapal tenggelam dengan cepat.
Dalam siaran persnya (28/04/2021), Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Muhammad Ali Asrena mengatakan, tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala (402) diduga disebabkan oleh alam. Konon, hal terpenting saat kapal selam menyelam adalah kekuatan arus bawah air yang berubah-ubah tergantung kondisi. Oleh karena itu, sebelum menyelam, awak kapal harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan pemandu untuk mengetahui kondisi setempat, seperti kondisi laut dan sumber air serta fenomena alam seperti gelombang yang terpisah. Menurut penafsiran beberapa ahli dan ahli kelautan (di Laut Bali), terdapat garis air yang dapat ditarik langsung ke bawah air. Jadi kapalnya jatuh lebih cepat dari biasanya.
Begitu pula Danseskoal Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto, menurut satelit Himawari-8 Jepang dan satelit Sentinel Eropa, pada 21 April atau 20 UTC terjadi gelombang di Laut Bali. Halaman bergulir dari bawah ke kanan. “Jika karena kemauan alam kita terjebak dalam gelombang internal, tentu pasukan akan siap di medan perang, tetapi kita tidak bisa melakukan operasi darurat,” kata Ivan.
Sebagai informasi, seperti dimuat www.indonesiare.co.id, gelombang internal adalah gelombang yang terjadi antar lapisan (lapisan) air laut akibat adanya perbedaan volume vertikal akibat perbedaan suhu dan salinitas. . Gaya yang menimbulkan gelombang berasal dari arus yang ada di dalam air. Perairan Indonesia bagian tengah yang merupakan salah satu saluran pergerakan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) mempunyai karakteristik yang kuat. Perubahan morfologi platform dan batimetri dinding laut di perairan tersebut menambah faktor yang menghasilkan gelombang internal yang kuat.
Mengetahui sulitnya melihat ombak dalam kondisi Laut Bali, TNI Angkatan Laut harus sangat berhati-hati sebelum melakukan operasi di kawasan tersebut. Peringatan diberikan dengan memantau kondisi laut menggunakan citra satelit yang ditampilkan oleh satelit Himawari-8 dan satelit Sentinel yang dapat menangkap kejadian gelombang lokal. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Muhammad Ali Asrena mengatakan, kehadiran kapal BHO sangat berguna untuk memahami situasi setempat, termasuk kondisi maritim dan hidrografi.
Sejak ditugaskan pada 11 Desember 2014, KRI Rigel (933) membantu operasi SAR saat KRI Nanggala (402) jatuh, serta membantu operasi Pushidorosal. Berdasarkan data yang dikumpulkan, langkah-langkah diambil untuk meningkatkan peta maritim untuk menjamin keselamatan pelayaran di perairan Selat Malaka dan Selat Singapura (Joint Hydrographic Survey of Malacca and Singapore Straits (SOMS) diprakarsai oleh Malaysia, Singapura , dan Jepang).
Baca Juga: TNI AL siapkan kapal medis untuk berikan bantuan medis kepada warga Palestina
KRI Rigel (933) juga melakukan survei laut dalam di perairan Teluk Ombay yang kedalamannya 3.000-4.000 m. Survei bukan di tabung Malaka atau Tenggorokan Ombai, melainkan Republik Indonesia (Nkri) di seluruh wilayah regional. Penelitian hanya sekedar menyiapkan informasi dan informasi mengenai zona keamanan di lautan
Wilayah Ekonomi Luar Biasa Ekonomi Luas (ZEE) 5,9 Juta K Laut (933) dan KRI Rigel (933) serta beberapa kapal KRI SPICA (934) dan BHO. . Jumlah teknologi lanskap sophabrical yang lebih canggih diperlukan untuk meningkatkan jumlah teknologi canggih agar dapat berjalan.
Selain itu, Laksamana Reksa KSAL mengatakan TNI Much Muhammad Ali, tantangan TNI sangat cepat dan TNI alias sangat cepat dan TNI alias. dapat mengelola situasi yang penuh kesulitan. (*)