SURABAYA – Bung Tomo, orator sekaligus tokoh Pertempuran Surabaya 10 November, telah lama dikenal sebagai tokoh gerakan yang memiliki pengalaman yang diperlukan untuk menggugah semangat para pejuang.
Foto/Ini
Namun dibalik kesehariannya, tokoh pergerakan ini memiliki beberapa kebiasaan yang patut ditiru dan diteladani oleh generasi muda.
Sutomo sudah lama menjadi sosok yang rukun dengan rekan-rekannya. Bung Tomo seringkali menjadi pemimpin dalam urusan apa pun dan terbiasa mempengaruhi orang lain. Kebiasaan ini terjadi sejak masa kanak-kanak, hingga dewasa, hingga akhir hayat.
Dikutip dalam buku “Bung Tomo: Hidup dan Mati Semangat Tempur 10 November” yang ditulis oleh Abdul Waid, dikatakan bahwa Bung Tomo mempunyai kebiasaan mengajak teman-temannya untuk melakukan sesuatu, terutama untuk pekerjaan yang menantang, berisiko dan menantang. atau kegiatan dengan syarat memberikan banyak manfaat, dan itu benar adanya.
Artinya, ia senang dan sering menjadi pionir dalam berbagai kegiatan yang tidak merugikan orang lain. Dia lebih memilih menjadi atasan daripada bawahan.
Kebiasaan mempengaruhi orang lain menjadikan Bung Tomo sebagai pribadi yang berjiwa pemimpin dimanapun dan kapanpun ia terlibat dalam suatu masyarakat.
Pemikiran rasionalmu selalu ingin melakukan perubahan, ambisimu selalu membangun untuk kemaslahatan orang banyak. Sikap Bung Tomo mudah diterima dan diikuti oleh orang-orang disekitarnya.
Hanya sedikit orang yang memiliki hal seperti itu. Kecanduan Bung Tomo rupanya masih bertahan hingga usia dewasa, ketika ia terlibat dalam berbagai gerakan melawan penjajah.
Ia tak hanya piawai mempengaruhi masyarakat abangan, santri pesantren, tapi juga kalangan priyayi. Meski tidak pernah bersekolah di pesantren, namun ia berhasil mempengaruhi para santri untuk terlibat langsung dalam pertempuran 10 November di Surabaya.
Ciri-ciri Bung Tomo yang kedua adalah banyak tertawa dan semangat berbicara. Padahal Bung Tomo adalah seorang pejuang yang berwatak keras, tegas, lugas dan matanya sangat tajam bagaikan pancaran api, ketika memandang kepada siapa pun yang diajak bicara.
Namun Bung Tomo sebenarnya mempunyai sopan santun dalam berbicara. Setiap perbincangan dengan Bung Tomo seringkali diiringi gelak tawa dan tutur kata yang meriah.
Oleh karena itu, meskipun setiap percakapan serius, tidak berbelit-belit, tidak terkesan kaku dan tetap suasananya sangat menyenangkan.
Meski Bung Tomo dikenal sebagai sosok yang kaku dan keras dalam sikapnya, namun orang-orang yang mengenalnya umumnya senang setiap kali berbicara dengannya.
Pidatonya tidak pernah membosankan, diselingi canda dan tawa, serta tidak terkesan merendahkan lawan bicaranya, sehingga membuat orang disekitarnya merasa nyaman.
Kebiasaan Bung Tomo yang ketiga adalah selalu membawa oleh-oleh. Setiap kali Bung Tomo pulang kerja atau ketika sedang bekerja di luar negeri, ia tidak pernah kembali dengan tangan kosong.
Ia terbiasa membahagiakan orang-orang yang menunggu dan menyambutnya. Tentunya yang selalu dilakukan Sutomo adalah membawa oleh-oleh kepada orang-orang yang menunggunya, terutama kepada orang-orang terdekatnya.
Dari kebiasaannya tersebut, setiap kali mendengar kabar Bung Tomo akan datang ke suatu daerah, bisa dipastikan beliau akan membawa kenangan bagi masyarakat yang menyambutnya.
Begitu pula saat pulang ke rumah, ia membawa kenangan untuk keluarganya.
Kebiasaan Bung Tomo selanjutnya adalah selalu berbicara terus terang dan penuh semangat. Sejak kecil Bung Tomo sudah terbiasa berkata jujur dan tidak pernah berbohong sedikitpun.
Bahkan dalam hal-hal kecil pun, dia selalu berbicara jujur. Sebesar apapun risikonya, dia akan mengatakan yang sebenarnya. Ia tak ingin menyembunyikan apapun, kebiasaan seperti ini didapat melalui didikan keluarga.
Kebiasaan Sutomo yang kelima adalah selalu bekerja keras. Setiap harinya Bung Tomo selalu mempunyai ciri khas yaitu selalu bekerja keras dan terus berjuang. Apalagi jika dikaitkan dengan perjuangan, baik yang berdimensi sosial, seperti aktivitas kemasyarakatan, organisasi pemuda, maupun yang berdimensi kenegaraan, seperti aktivitas pemberontakan untuk menumpas penjajah.
Bung Tomo juga tertarik dengan seni fotografi. Hobi Bung Tomo lainnya yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat adalah fotografi.
Dalam banyak kesempatan ia selalu mengabadikan aktivitas pribadi dan keluarganya serta pemandangan indah dengan fotografi. Ada beberapa koleksi foto yang bisa dilihat sebagai indikasi bahwa Bung Tomo akrab dengan fotografi.
Foto-foto Bung Tomo biasanya berupa potret anggota keluarga, foto pemandangan alam, dan kebanyakan potret orang. Foto tersebut diambil langsung oleh seorang fotografer di rumah mendiang Bung Tomo yang kini ditempati istrinya pada tahun 2004.
Di dalam rumah tersebut banyak terdapat foto-foto peninggalan Bung Tomo yang mengandung nilai sejarah.
Kebiasaan ketujuh yaitu menulis puisi. Namun konon tidak diketahui kapan Bung Tomo mulai gemar menulis puisi. Namun yang jelas dalam kesehariannya Bung Tomo kerap menulis puisi. Namun yang jelas, banyak karya puisinya yang sangat menarik untuk dibaca.
Dalam kesehariannya, Bung Tomo kerap menuliskan kegelisahannya dalam bentuk puisi. Terkadang puisi yang ditulisnya diberikan kepada seseorang, dan terkadang hanya disimpan dalam koleksi pribadinya.