JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Pedoman Edukasi Literatur Keuangan. Panduan ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam mengajarkan keterampilan keuangan dengan lebih mudah melalui Kurikulum Merdeka.
Literasi keuangan adalah salah satu dari tiga isu utama yang dibahas dalam kurikulum ini, selain perubahan iklim dan pendidikan kesehatan.
Baca juga: Satu Dekade Perkembangan Pendidikan, Makin Efektif dan Bermanfaat
Panduan ini diluncurkan melalui webinar “Bersama Literasi Keuangan Maju Kurikulum Mandiri” dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mengelola keuangan secara bijak.
Menurut Direktur BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo, panduan ini merupakan kumpulan sumber daya untuk membantu guru mengembangkan keterampilan keuangan siswa.
Ia menegaskan, rendahnya tingkat literasi keuangan dapat berdampak negatif tidak hanya pada individu, namun juga secara kolektif, sehingga berisiko menimbulkan permasalahan perekonomian yang lebih luas.
Baca juga: Nadiem Makarim Pamit, Sampaikan Pesan Khusus untuk 3 Menteri Penggantinya
“Dalam Kurikulum Merdeka kami mengembangkan empat kerangka literasi keuangan. Pertama, bagaimana cara mendapatkan penghasilan. Kedua, bagaimana mengelola anggaran. Ketiga, membelanjakan pendapatan. Keempat, mengelola risiko dan bersiap menghadapi keadaan darurat. Ini merupakan kapasitas yang tidak hanya bersifat kognitif dan terampil, tetapi juga memiliki banyak aspek emosional.” Anindito, dikutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (21 Oktober 2024).
Panduan ini dapat digunakan oleh sekolah dasar dan menengah untuk mengintegrasikan pendidikan literasi keuangan ke dalam kebijakan dan budaya sekolah.
Pelatihan ini dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan baik intramural, kokurikuler maupun kokurikuler dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Panduan ini juga memberikan contoh praktik terbaik dari berbagai pihak yang dapat mendukung implementasi, termasuk pemerintah daerah, penyedia pelatihan, dan masyarakat.
Data Badan Jasa Keuangan (OJK) tahun 2023 mencatat 57,3% dari seluruh kredit macet pinjaman online pribadi skala nasional sebagian besar dimiliki oleh masyarakat berusia 19-34 tahun.
Faktanya, data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan bahwa hingga Juli 2024, terdapat sekitar 4 juta pemain dan 168 juta transaksi perjudian online (judol) di Indonesia.
Fenomena ini menggambarkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia. Data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2023 menunjukkan skor literasi keuangan Indonesia (57) masih lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia (60).
Survei OJK tahun 2022 juga menunjukkan rata-rata tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia saat ini hanya 49,68%. Data-data tersebut semakin menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat Indonesia mengenai cara mengelola keuangannya masih perlu ditingkatkan.