JENEWA – Perubahan iklim tidak dapat dihentikan jika degradasi lahan terus berlanjut, demikian laporan yang akan segera diterbitkan oleh organisasi penelitian antar pemerintah di bawah pengawasan PBB.
Terdapat tiga kali lebih banyak karbon di dalam tanah dibandingkan di atmosfer, namun karbon ini dihasilkan oleh penggundulan hutan dan sistem pertanian yang buruk.
Tanah yang terkikis, dipadatkan oleh mesin dan peralatan berat, menimbulkan kompleks bangunan dan irigasi yang berlebihan juga berkontribusi terhadap masalah ini.
Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan bahwa tanah mendukung hampir 60 persen semua spesies.
Tanah menjadi topik hangat ketika negara-negara berkumpul di Riyadh, Arab Saudi, untuk Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi (UNCCD). Para perunding diharapkan membahas komitmen yang dibuat oleh negara-negara untuk menghentikan hilangnya lahan dan mencapai netralitas degradasi lahan pada tahun 2030.
“Degradasi lahan berdampak pada ketahanan pangan, sistem air, keanekaragaman hayati, dan ketahanan iklim,” kata Bruno Pozzi, wakil direktur Divisi Ekosistem Program Lingkungan PBB (UNEP).
“Dengan mengatasi akar penyebab degradasi lahan, kita dapat memulihkan kesehatan tanah dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi ratusan juta orang.”
Pada Hari Tanah Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 5 Desember, UNEP menyajikan lima penyebab utama kerusakan tanah dan kemungkinan solusinya.
Terdapat ketidakpastian mengenai tingkat pasti degradasi lahan global, namun titik panas utama dilaporkan terjadi di Amerika Selatan, dimana hutan ditebangi; Afrika Sub-Sahara; India dan Cina.
Para ilmuwan tanah di dua negara terbesar di Asia khawatir kemampuan mereka untuk menanam tanaman pangan mereka sendiri akan terancam.
Sementara itu, di Amerika Serikat, beberapa lahan mengalami pemulihan karena hutan mengambil alih lahan berkualitas rendah yang pernah ditanami oleh petani kecil, sementara lahan lainnya terus mengalami degradasi.
Hal ini juga berdampak pada Inggris. Beberapa ladang jagung di barat daya Inggris mengalami degradasi tanah yang signifikan akibat curah hujan yang tinggi akibat tumbuhnya daun jagung di lahan terbuka. Hujan lebat lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim.
Erosi juga merupakan masalah jangka panjang di dataran rendah gambut subur di Inggris, dimana pada hari-hari kering partikel tanah gambut terkadang menimbulkan sejenis kabut asap yang disebut “Fen Blow”.
Gambut memiliki kandungan karbon yang tinggi dan sebuah publikasi terbaru menunjukkan bahwa lahan gambut kehilangan lebih banyak karbon dibandingkan perkiraan sebelumnya.