Prajurit Komando Pasukan Khusus (COPASS) menjalankan misi kritis di daerah konflik dalam berbagai operasi di dalam dan luar negeri. Diantaranya pergi ke Bosnia, salah satu negara yang memisahkan Yugoslavia.
Salah satu kisah kepahlawanan prajurit TNI berbakat yang ditandai dengan Baret Merah adalah kisah prajurit Kopass Pelda Sumardi saat bertugas di Bosnia, salah satu negara pecahan Yugoslavia.
Sebagai insinyur pembongkaran, ia dijuluki “Mardy Rambo” dan dikerahkan sebanyak 14 kali ke berbagai wilayah operasi. Bahkan, prajurit Copas setidaknya bertugas empat kali di wilayah operasi.
Ekstradisinya ke Bosnia merupakan tantangan sekaligus kebahagiaan bagi Mardy Rambo. Kegembiraan Mardy Rambo bisa dirasakan baik pesawatnya sudah mendarat atau belum.
“Saya sebenarnya pergi ke Bosnia dan pesawat lepas landas lalu mendarat,” kata Mardy Rambo. “Pendaratannya sangat lambat.”
The Joy merupakan pengalaman pendaratan pertama Mardi selama misinya di Bosnia. Hingga saat ini, Mardy Rambo yang diberi misi selalu meluncurkan pesawat lalu melompat keluar dari pesawat saat berada di udara (terjun payung).
Kisah menarik lainnya terjadi saat Mayor Omar dikerahkan ke Darfur, Sudan. Petugas COPAS adalah bagian dari tim Garuda Misi Afrika PBB di Darfur (UNAMID) dan berangkat ke Sudan dalam misi penjaga perdamaian global.
Foto / Ist
Omar pada Rabu (16//) 10/2024).
Darfur adalah salah satu daerah paling tidak stabil di Sudan pada saat itu. Beberapa tindak kekerasan terjadi dalam bentuk pemerkosaan dan pembunuhan. Selain itu, anak-anak diculik untuk dijadikan budak.
Kelompok milisi sering menyerang pedesaan Afrika, membunuh laki-laki dan memperkosa perempuan.
Menjelang akhir, penduduknya sangat sedih dan tertekan. Pria tersebut memilih diam di rumah karena dipastikan akan dibunuh jika tertangkap. Sementara itu, perempuan takut akan pemerkosaan.
Omar ditugaskan ke ibu kota Al-Zenina dan Darfur bagian barat. Itu adalah satu-satunya tentara Indonesia di Darfur Barat.
Umar berkata: Kami mempunyai standar moral sendiri dan tidak boleh didiskriminasi. Misi kami adalah mengumpulkan data tentang kelompok-kelompok di masyarakat, menyelidiki kejahatan dan memantau wilayah, seperti Al-Zenina.
Sebagai seorang pengamat militer (MILOB) yang ditugaskan di wilayah konflik yang ditetapkan PBB, Omar tidak mengalami kesulitan untuk menjangkau masyarakat.
Apalagi penduduk setempat beragama Islam. Sebagai penghormatan atas kehadiran prajurit Kopass, warga sekitar menyediakan air minum.
“Mereka sangat senang saya menjadi Muslim. Untuk menghormati mereka, mereka segera memberi saya minuman. Sayangnya air minum tersebut diperoleh dimanapun kudanya minum, karena air merupakan komoditas langka. Jadi, sambil menahan nafas, saya meminum air coklat yang mereka sediakan. “Untungnya saya tidak sakit.”
Kejadian ini langsung menjadi perhatian prajurit Korps Baret Merah. Mayor Umar mengaku selalu berpuasa saat mengunjungi warga sekitar.
“Saya belum berpuasa sejak itu, dan saya akui saya sering berpuasa ketika berkunjung,” katanya.