Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman antara abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Purnawarman yang memerintah selama 39 tahun pada tahun 395 hingga 434 M, dikenal dengan strategi pemerintahan yang efektif dan legitimasi kekuasaan yang kuat dengan mengacu pada dewa Wisnu.
Prasasti sejarah seperti Prasasti Kebun Kopi dan Prasasti Pasir Jambu menggambarkan sosok beliau yang agung dan kekuasaannya yang luas, termasuk penggunaan gajah sebagai simbol kekuasaannya. Dalam kedua prasasti tersebut disebutkan Purnawarman mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan pemerintahan karena sistem zamannya.
Baca Juga: 16 Manajer di Polri Dimutasi Jadi Direktur Reserse Daerah, Ini Namanya
Dikutip dari buku “Pajajaran Hitam Putih: Dari Kemuliaan Hingga Runtuhnya Kerajaan Pajajaran” karya Fery Taufiq El Jaquene, Sabtu (10/5/2024), Raja Purnawarman merupakan raja yang mampu melegitimasi kekuasaannya dengan mengacu pada Tuhan. Wisnu sebagai salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa Raja Purnawarman mempunyai telapak kaki yang mirip dengan Dewa Wisnu.
Telapak kaki Prabu Purnawarman terlihat jelas dalam empat bait syair yang berirama anustubh, dengan kata vikkrāntāsyā vanipateḥ, śrīmataḥ pūrnṇavarmmaṇaḥ, tārumanagarendras artinya pavārāndras, (a) kaki, yang diibaratkan (telapak kaki) Dewa Wisnu, telapak Yang Mulia Purnawarman, raja tanah Tarumanegara Raja paling berani di dunia.
Sosok Purnawarman dilegitimasi sebagai sosok Dewa Wisnu yang hidup di dunia. Ia kuat, mempunyai ilmu yang hebat dan dapat dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya. Karena kehebatannya, rakyat harus tunduk dan taat di bawah pemerintahan Raja Purnawarman.
Hal ini sesuai dengan ajaran Hindu, hendaknya masyarakat memuja Dewa Wisnu. Karena Dewa Wisnu merupakan Dewa yang bergelar shtiti (pemelihara) dan bertugas memelihara dan melindungi seluruh ciptaan Brahma (Tuhan Yang Maha Esa).
Berbeda dengan prasasti Ciaruteun, pada prasasti Taman Kopi terdapat ukiran tapak kaki gajah milik Raja Purnawarman. Prasasti tersebut menyatakan bahwa Raja Purnawarman memelihara seekor gajah yang menyerupai Airawata, yaitu vahana, artinya makhluk atau benda yang merupakan kendaraan milik salah satu dewa.
Berdasarkan isi prasasti kebun kopi tersebut dapat pula diartikan bahwa Raja Purnawarman melegitimasi dirinya dengan memiliki alat transportasi berupa gajah. Secara simbolis, vahana atau kendaraan yang ditunggangi Raja Purnawarman dianggap menyerupai hewan peliharaan dewa Indra. Dengan kata lain, berarti Raja Purnawarman telah mengesahkan dirinya sebagai Dewa Indra.
Sedangkan pada prasasti Pasir Jambu, Purnawarman disebut-sebut menggunakan simbol-simbol religiusitas Hindu. Raja Purnawarman bersabda bahwa beliau adalah seorang raja yang mempunyai kewibawaan besar, beliau tangguh, sakti dan ditakuti oleh semua musuh, sehingga semua orang patut menghormatinya.
Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman, ibu kota kerajaan Tarumanegara dipindahkan ke Sundapura. Pada masa inilah kerajaan Tarumanegara mengalami kemajuan yang cukup pesat. Berkat kehebatan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mampu menguasai 48 kerajaan kecil yang berada di bawah kekuasaannya.
Ia mampu menguasai wilayah di Jawa Tengah seperti Purbalingga, Banjarnegara, Brebes dan sekitarnya. Kepemimpinan Raja Rurnawarman akhirnya diserahkan kepada putranya, Wisnuwarman, dan digantikan oleh Indrawarman. Lalu ada Maharaja Candrawarman yang memimpin kerajaan Tarumanegara.