JAKARTA – Warga Badung, Bali yang haru, Y Nyoman Sukena harus menghadapi kenyataan pahit duduk di kursi penjara PN Denpasar karena lalai memelihara satwa yang dilindungi. Babi jawa, salah satu spesies hewan pengerat yang kini terancam punah, terbukti dipelihara oleh pria ini.
Babi jawa merupakan satwa yang dilindungi menurut Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.106 Tahun 2018 tentang Konservasi Tumbuhan dan Satwa.
Bahkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah memasukkannya ke dalam kategori Least Concern, LC (low risk), yaitu kategori untuk spesies yang telah dinilai namun tidak termasuk dalam kategori apapun.
Seperti dilansir Nature Journal, hewan dengan nama ilmiah (Hystrix javanica) ini merupakan salah satu spesies hewan pengerat dari suku Hystricidae yang endemik di Indonesia.
Babi jawa merupakan salah satu kelompok hewan pengerat endemik Indonesia. Ciri-ciri yang membedakan spesies ini adalah warnanya yang coklat kehitaman dan tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus (seperti bulu mamalia lainnya), bulu taktil, dan duri.
Babi jawa banyak ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit dan daerah pertanian. Makanan babi jawa bisa berupa rumput, daun, ranting, akar, buah-buahan, sayur mayur, bahkan babi bisa mengunyah tanduk rusa untuk memenuhi kebutuhan mineral tubuhnya.
Ciri fisik khas babi jawa adalah tubuhnya ditumbuhi bulu halus (seperti bulu mamalia lainnya), bulu taktil, dan duri.
Bulu-bulu halus dan duri terdapat di seluruh tubuh landak, kecuali hidung, mulut, telinga, dan telapak kaki. Fungsi rambut halus adalah melindungi dari cuaca panas dan dingin, membantu mengatur proses homeostatis tubuh, dan berperan sebagai reseptor sensorik.
Rambut taktil hitam dan putih ditemukan di bawah hidung dan di sekitar pipi landak.
Rambut taktil adalah rambut khusus yang tumbuh dari folikel di hipodermis. Folikel ini dikelilingi oleh saraf yang merespons rangsangan mekanis seperti sentuhan atau gerakan.
Kepala, badan, dan ekornya ditumbuhi duri tebal dan kaku yang panjangnya bisa mencapai 20 cm. Ujungnya berwarna coklat atau hitam, seringkali dengan garis-garis putih di bagian ujungnya. Setiap duri pada tubuh landak tertanam di dalam kulitnya. Duri melekat pada otot yang berfungsi menarik duri ke atas (tensor) ketika ancaman mendekat.
Duri pertahanan landak akan menguat ketika landak merasa terancam oleh predator. Landak mampu melontarkan duri pertahanannya ke tubuh predator ketika predator mendekati landak.
Duri pertahanan ini dapat terlepas dan menempel pada tubuh predator.
Duri yang hilang akan tergantikan dengan yang baru. Duri-duri baru ini akan tetap ada atau tertanam di kulit hingga tumbuh sempurna. Tumbuhnya duri baru akan sama dengan proses pertumbuhan rambut pada umumnya.