JAKARTA – LCGC (Low Cost Green Car) diusulkan menggunakan teknologi hybrid untuk mengurangi emisi kendaraan. Apalagi segmen ini memiliki pasar yang cukup luas dengan penjualan terbesar setiap tahunnya.
Honda Brio Satya merupakan salah satu LCGC terlaris di Indonesia dengan konfigurasi 7 tempat duduk. Mobil ini sangat digemari konsumen Indonesia karena memiliki model futuristik yang dinilai tepat untuk memperkenalkan teknologi hybrid.
Yusak Billy, Direktur Penjualan, Pemasaran, dan Layanan Purna Jual PT Honda Prospect Motor, mengatakan pihaknya bisa mempertimbangkan langkah tersebut. Namun diajukan syarat agar harga kendaraan LCGC tetap di bawah Rp 200 juta.
“Pasar LCGC bagus untuk kami sekarang, sudah di atas 20 persen. Kalau kita diberi insentif lebih, kita sebagai pemimpin akan memperhitungkannya ke depan,” kata Billy dari ICE BSD City, Tangerang, baru-baru ini.
Billy mengatakan, tujuan LCGC adalah untuk lebih menembus pasar mobil Indonesia. Pasalnya, segmen ini menyasar first time buyer atau masyarakat yang baru pertama kali beralih dari sepeda motor ke mobil.
“Tujuannya untuk menumbuhkan pasar. Secara umum, 70 persen LCGC adalah pembeli pertama, dan jika pembeli awal dapat menjangkau mereka dengan teknologi yang lebih baik, efisiensi bahan bakarnya akan lebih tinggi, yang akan membantu pertumbuhan pasar,” katanya.
“Jika regulasi sudah ada, tentunya akan kami pertimbangkan dan pelajari secara serius,” tambah Billy.
Seperti diketahui, mobil LCGC dilarang dijual lebih dari Rp 200 juta. Tanpa insentif, harga kendaraan LCGC berteknologi hybrid bisa mencapai Rp 300 juta. Apalagi mengingat rencana kenaikan PPN (pajak pertambahan nilai) dan opsentax sebesar 12 persen.