JAKARTA – Menteri Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro memastikan akan melanjutkan kebijakan yang sudah diterapkan di bidang Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi dan juga akan memperbaikinya secara perlahan.
Menurutnya, kebijakan di bidang pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya sudah dipersiapkan, yakni diterapkan dalam kebijakan merdeka belajar. Oleh karena itu, pihaknya juga telah menyiapkan strategi untuk implementasi lebih lanjut dari kebijakan tersebut. Seperti yang dikatakan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto: Menterinya akan langsung bekerja setelah mendapat izin dari menteri.
“Jadi di bidang sains dan teknologi Aku akan mengambil barang-barang Pak Nadeem. Makarim merangkumnya. Maka tidak akan ada perubahan sementara. Tidak ada rasa lelah dalam prosesnya. Prosesnya akan terus berjalan untuk menjamin keberlangsungan,” kata Satryo dalam dokumennya. Sambutan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Senin (21 Oktober 2024).
Menurutnya, pendidikan tidak boleh terganggu oleh perubahan-perubahan mendadak yang menyebabkan stagnasi atau kebingungan bagi para pelaku pendidikan. Baik anak-anak maupun pendidik Oleh karena itu, mereka akan melanjutkan kebijakan yang sama dan secara bertahap memperbaiki keadaan ke arah yang lebih baik.
“Kami akan segera melanjutkan. Mohon kawan-kawan, perbaiki semua yang tadi. Perbaiki sekarang. Kita tidak bisa langsung berubah dengan ide-ide baru, itu akan membuatnya tidak bisa diubah,” ujarnya.
Satryo juga mengatakan pihaknya akan memaksa generasi penerus Indonesia untuk berpikir kritis menghadapi masa depan yang tidak pasti. Karena perkembangan teknologi akan semakin maju di masa depan.
“Di bidang saya Yang paling membuat saya khawatir adalah kita berada di pendidikan tinggi. Kita tidak tahu pekerjaan apa yang akan dimiliki dunia pada tahun 2030. Dan lapangan kerja apa saja yang akan tersedia pada tahun 2030? Karena kecerdasan buatan berkembang sangat pesat.” Hampir semua tempat kerja akan digantikan oleh mesin,” kata Satryo.
Oleh karena itu, Satryo menyatakan akan berupaya di bidang pendidikan tinggi dan penelitian. Bagaimana cara mengajar anak-anak tentang masa depan yang tidak diketahui?
“Pengetahuan teknik saya sudah tua. Saya belajar pada usia 75-80 hingga 85 tahun. Jika saya mengajar sekarang menggunakan ilmu yang saya miliki, Kedepannya akan cukup sulit,” ujarnya.
Dia menambahkan: Ke depan, pengajaran harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan modern untuk menghadapi tantangan masa depan yang tidak pasti. Ia juga mengajak semua pihak untuk menghadapi tantangan tersebut dan mendorong generasi penerus untuk berpikir kritis agar bisa bertahan di masa depan.
“Inilah tantangan kita ke depan. Kita bekerja sama menghadapi masa depan yang tidak menentu dan tidak menentu. Diperlukan cara belajar yang baru. Kita harus membuat anak-anak kita berpikir kritis di segala bidang, kalau tidak kita tidak akan bisa bertahan di masa depan,” ujarnya.