Misteri Raja Kedua Kerajaan Panjalu Cikal Bakal Kediri Warisan Airlangga

Misteri Raja Kedua Kerajaan Panjalu Cikal Bakal Kediri Warisan Airlangga

JAKARTA – Kerajaan Panjal menjadi kerajaan warisan Raja Airlanga, penguasa Kerajaan Kahuripan. Panjalu konon merupakan cikal bakal sebuah kerajaan besar di sebelah timur Pulau Jawa, yaitu Kerajaan Kediri. Kerajaan terbagi di antara kedua putra Airlanga yang diwariskan kepada kedua anaknya.

Raja Panjal yang pertama bernama Sri Maharaja Samravijaya Dharmasuparanavahana Teguh Uttung Deva. Nama raja diketahui dari prasasti Truon Hyang tahun 1404.

Prasasti tersebut menandai berakhirnya dua tahun setelah perpisahan. Konon raja pertama Panjal pernah berperang melawan Sri Mapanji Graskan dari Janggala yang keduanya sebenarnya adalah saudara Airlangi.

Sebagaimana dikemukakan oleh sejarawan Prof. Salemet Muljana, raja pertama kerajaan Panjal, diidentikkan dengan Samravijaya karena kebiasaannya menjadi calon penerus raja Rakriyaan Mahamantri.

Setelah jatuhnya Samrawijaya sebagai raja pertama Panjal, tidak diketahui penerusnya. Prasasti Malenga bertanggal 1052 menggambarkan bagaimana Sri Maharaja Mapanji Graskan pernah berperang melawan Aji Lingajaya. Mapanji Graskan menyumbangkan desa Seema Mallenga atas kesetiaan dan pengabdian masyarakat desa Mallenga yang ikut berperang.

Malenga terletak di wilayah Tuban. Meski tidak disebutkan siapa Aji Lingagajaya, namun dapat diasumsikan bahwa ia adalah raja Panjalu, karena hanya Janggala dan Panjalu yang merupakan kerajaan kuat pada saat itu. Dengan demikian, antara tahun 1042 dan 1052 terjadi pergantian pemerintahan dari Sri Samravijaya ke Sri Lingajaya.

Sedangkan antara tahun 1052 hingga 1104 diketahui secara pasti siapa yang memerintah Panjal. Dari prasasti Sirah Ketinga tahun 1104 M tentang pengukuhan Marjaya Jagir, pemberian Sri Jayavarasa Digjaya Sastraprabhu bahwa Panjalu diperintah oleh Sri Jayavarasa Sastraprabhu pada awal abad ke-12, sebagaimana prasasti tersebut menyebutkan nama Sri Jayastraprabhu maka prasasti tersebut disebut Sastraprabhu prasasti oleh L.C. diam

Prasasti Sirah Keating tidak memuat peristiwa sejarah yang memerlukan pembahasan. Sejauh ini baru ditemukan prasasti Sri Javaras. Raja berikutnya adalah Sri Maharaja Sri Bamesvara Sakalbhumvana Tustikarana Sarvanivarivarya Parkarma Digjaya Uttung Deva.

Dalam prasasti Picaton tertanggal 11 Januari 1117, ia menyebut dirinya Panjalu sang penerjemah. Ini adalah prasasti tertua Sri Barmeswara. Dia merilis beberapa kredit lainnya. Prasasti terakhirnya adalah prasasti Tangkilan bertanggal 14 Mei 1130.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *