JAKARTA – Presiden AS yang baru terpilih Donald Trump mengancam negara-negara BRICS dengan tarif 100% jika mereka memutuskan untuk tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan. Trump bersikeras bahwa dedolarisasi, atau peluncuran mata uang dan sistem pembayaran baru yang menggantikan dolar AS, akan dikenakan tarif 100 persen terhadap barang-barang yang memasuki pasar AS.
Jika tarif ini diterapkan, negara-negara BRICS akan mengalami kesulitan karena sektor impor dan ekspor mereka akan terkena dampaknya.
Setelah ancaman Trump mengenai tarif 100 persen, negara-negara BRICS bereaksi terhadap perkembangan tersebut. Meskipun beberapa anggota ragu tarif dapat diterapkan, sebagian lainnya tetap berhati-hati agar tidak membuat marah Donald Trump.
Tindakan penyeimbang diplomasi kini mulai muncul dan bagaimana kelanjutannya dalam empat tahun ke depan akan menentukan keberhasilan program dedolarisasi. Anggota BRICS, Rusia, mengatakan bahwa ancaman Trump akan menang karena aliansi tersebut berkomitmen untuk menghilangkan dominasi dolar AS.
“Semakin banyak negara yang beralih menggunakan mata uang nasional dalam perdagangan dan aktivitas ekonomi luar negerinya,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dilansir Watcher Guru, Rabu (12/4/2024).
Juru bicara ini mengatakan bahwa negara-negara BRICS akan bersatu lebih kuat jika Trump menambahkan tekanan ekonomi tambahan pada aliansi tersebut.
“Jika Amerika Serikat menggunakan kekuatan, seperti yang mereka katakan, kekuatan ekonomi, untuk memaksa negara-negara menggunakan dolar, hal ini akan semakin memperkuat kecenderungan untuk beralih ke mata uang nasional,” kata Peskov.
Di sisi lain, anggota BRICS, India, juga masih skeptis terhadap ancaman tarif 100% dari Trump. Pusat Sains GTRI mengatakan penerapan tarif secara tidak sengaja akan membuat barang konsumsi menjadi lebih mahal bagi konsumen Amerika. Sementara sektor ekspor dan impor akan memanas, akhirnya penjual akan membebankan pajak kepada konsumen.