Program Merdeka Pesantren Islam yang dicanangkan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas pada tahun 2021 terbukti mempunyai potensi besar dan dampak positif yang luas bagi perekonomian bangsa. Lahirnya 432 unit usaha baru di lingkungan pesantren sangat bermanfaat dan juga menjadi pengungkit pertumbuhan perekonomian nasional.
Pembukaan Festival Pameran Merdeka Pondok Pesantren di Trans Mal Bandung, Jawa Barat, Menag mengatakan, kemandirian pondok pesantren yang merupakan wujud komitmen pemerintah terhadap pondok pesantren, telah banyak memberikan kontribusi terhadap negara.
“Proyek mandiri pesantren merupakan proyek prioritas yang harus dilaksanakan. Saat ini, kami telah menjangkau 3.600 pesantren yang menerima bantuan pengungsi. Harapannya tahun depan bisa berlanjut, kata Gus Men, sapaan akrab Menteri Agama Yaqut, pada Kamis (10/10/2024).
Baca Juga: Sekolah Bisnis Islam Dipanggil Lahirkan Santripreneur Untuk Perkuat Perjuangan Kiai
“Pondok harus kuat secara finansial agar tidak bergantung pada siapapun. Jika hari ini adalah akhir dari perpisahan kita, maka pesantren tidak perlu khawatir (proyek) pesantren kemandirian akan tetap berjalan karena kita sudah mendirikan. KMA untuk proyek mandiri pesantren”, jelas Gus Men.
Pada Pameran Mandiri Pondok Pesantren, beberapa bukti keunggulan unit bisnis Pondok Pesantren berhasil ditangkap. Dalam pameran yang digelar dalam rangka menyambut Santri 2024 ini, terdapat 55 toko, termasuk 51 toko yang memamerkan produk terbaik pesantren.
Menag juga mengunjungi setiap stand untuk melihat display produk andalan Perusahaan Sekolah Islam Indonesia. Dalam platform pameran tersebut, Menag tampak memperhatikan produk-produk yang bermanfaat bagi masing-masing pesantren. Gus Men juga sempat ngobrol silaturahmi dengan para pengawas atau pengelola unit usaha milik pesantren.
Program mandiri pesantren bertujuan untuk memperkuat basis keuangan pesantren melalui inkubasi bisnis yang didukung oleh Kementerian Agama. Pondok pesantren yang beragam dan unik merupakan salah satu potensi istimewa yang dimiliki Indonesia.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Abu Rokhmad dalam laporan kegiatannya mengatakan, ide besar dibalik sekolah Islam adalah mewujudkan sekolah Islam yang tangguh, mandiri dan tangguh.
“Dari 3.600 pesantren yang mendapat dukungan usaha, kita masih memiliki sekitar 40.000 pesantren yang perlu didukung.” Kami berharap proyek ini dapat terus berkembang dan berlanjut sehingga pesantren menjadi lebih baik. dikenal oleh masyarakat luas,” kata Abu Rokhmad.
Sementara itu, Pengurus Pondok Pesantren Diniyah menekankan pentingnya transaksi keuangan yang diadakan pada pameran ini sebagai bukti nyata independensi Pondok Pesantren. Tahun depan kita rencanakan pameran yang lebih besar. Tahun ini ada 55 stand dan kita berharap kedepannya jumlahnya akan bertambah,” ungkapnya.
Ketua Forum Ekonomi Pesantren Indonesia (FEPI) menambahkan, pameran ini menjadi faktor penting untuk menciptakan jejaring antar pesantren. Ia berharap pesantren dikenal tidak hanya sebagai lembaga pendidikan dan sosialisasi, tetapi juga sebagai pelaku ekonomi yang berdaya saing.
“Dengan kerja sama yang kuat, pesantren dapat memperluas pasar produknya dan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional,” jelasnya.
Dengan antusias yang besar dari para pesantren dan pengunjung, pameran ini menjadi landasan yang kuat bagi pesantren untuk terus berinovasi dan mengembangkan produknya yang lebih baik. Kemandirian pesantren bukan sekedar visi belaka, namun kini telah menjadi kekuatan baru dalam pembangunan perekonomian tanah air.