Pendidikan Kunci Masa Depan, Begini Strategi dan Tantangannya di Tahun 2025

Pendidikan Kunci Masa Depan, Begini Strategi dan Tantangannya di Tahun 2025

JAKARTA – Pendidikan memegang peranan penting sebagai kunci dalam membangun masa depan negara. Menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi tantangan di tahun 2025.

“Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam membangun masa depan negara,” kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti pada media briefing akhir tahun 2024 yang dikutip Jumat (1/3/2025).

Baca juga: Sebagai Menteri Pendidikan Dasar, Abdul Mu’ti Ingin Terapkan Program WHO di Departemen Pendidikan Dasar

Di bidang pendidikan, Presiden Prabowo Subianto membagi Kementerian Pendidikan menjadi dua, yaitu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikti Saintek).

Mu’ti yang ditunjuk menggantikan Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, Departemen Pendidikan Dasar yang dipimpinnya selama dua bulan terakhir, telah banyak berupaya untuk mewujudkan pendidikan inklusif, berkualitas, dan berbasis kebutuhan. kali.

Baca juga: Buat Kebijakan Baru, Mendikbud Kunjungi Kantor PBNU

Mulai dari peningkatan kesejahteraan guru hingga sertifikasi, guru ASN diperbolehkan mengajar di sekolah swasta, pengenalan program 7 Kebiasaan Gerakan Anak Indonesia Hebat dan masih banyak lagi.

Ia kemudian menjelaskan, pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai kebijakan dan program yang berdampak pada berbagai sektor, antara lain kesejahteraan guru, peningkatan keterampilan, dan inovasi pembelajaran.

Baca Juga: 7 Fakta Sekolah Unggulan Garuda Tempat Belajar Siswa Terbaik di Kampus Kelas Dunia

Kementerian Pendidikan Dasar memprioritaskan beberapa rencana strategis pada tahun 2025, seperti penguatan pendidikan karakter, pemerataan akses pendidikan dengan wajib belajar 13 tahun, dan peningkatan kualitas lembaga dan infrastruktur pendidikan.

Kementerian juga fokus mengembangkan talenta tinggi dan memberikan layanan pendidikan yang setara kepada seluruh siswa di Indonesia, termasuk 18,59 juta siswa melalui program Indonesia Pintar.

“Anggaran Kementerian Pendidikan Dasar tahun 2025 sebesar Rp33,5 triliun akan mencanangkan banyak program penting, antara lain peningkatan mutu pendidikan vokasi melalui magang dan sertifikat kualifikasi siswa SMK, serta melalui penguatan kemampuan literasi dan bahasa. mendistribusikan buku-buku berkualitas dan membina komunitas menulis belajar,” ujarnya.

Sementara itu, ketua panitia

“Komisi yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olah raga, perpustakaan, penelitian dan inovasi, serta matematika,” ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (1/3/2025).

Politisi Golkar ini mengatakan, ketika kalender memasuki tahun 2025, komisinya

Di Departemen Pendidikan Dasar, kata Hetifah, Komisi

“Serta menghitung kebutuhan anggaran dan target kelulusan, termasuk percepatan sertifikasi guru dan guru,” jelas Hetifah.

Sedangkan komisi di Kementerian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

“Juga mendorong pertumbuhan beasiswa dan peningkatan program dan bantuan kepada perguruan tinggi swasta yang baik dan terlaksana dengan baik, serta meningkatkan anggaran perguruan tinggi vokasi, baik dari segi sarana dan prasarana. non-sarpras,” katanya.

Tantangan yang berbeda-beda dalam dunia pendidikan

Amin Soefijanto, Pengamat Pendidikan Universitas Paramadina Totok, mengatakan tantangan pendidikan Indonesia pada tahun 2025 adalah menurunnya akses pendidikan akibat tekanan ekonomi dunia dan negara.

“Banyak keluarga berpenghasilan rendah yang di-PHK atau bisnis menjadi sangat sulit. Hanya orang-orang mapan dan kaya yang bisa menikmati pendidikan,” kata Totok.

Lanjutnya, mutu pendidikan juga banyak menghadapi permasalahan, karena kualitas dan kinerja guru masih stagnan.

“Selanjutnya, gencarnya serangan kecerdasan buatan akan mempersulit upaya peningkatan kualitas pendidikan karena guru kita belum melek teknologi,” ujarnya.

Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim menyebutkan empat tantangan utama yang harus menjadi garda depan dunia pendidikan Indonesia pada tahun 2025. Dalam pernyataannya, ia menyoroti kualitas pendidikan, tata kelola guru, aksesibilitas dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan. dari dunia kerja.

Salah satu permasalahan utamanya adalah rendahnya nilai tes PISA (Programme for International Student Assessment) di Indonesia dalam bidang membaca, menulis, berhitung, dan sains. “Pada penilaian PISA, nilai Indonesia terus mengalami penurunan, termasuk pada tahun 2022. Ini harus menjadi prioritas Mendikbud dalam meningkatkan mutu pendidikan,” kata Satriwan.

P2G sangat mengapresiasi langkah Kementerian Pendidikan Dasar yang menjadikan peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu program prioritas tahun 2025.

Satriwan juga menekankan pentingnya sertifikasi guru. “Departemen Pendidikan Dasar menargetkan 800.000 guru tersertifikasi pada tahun 2025. Ini merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan guru melalui pemanfaatan dana hibah kinerja,” jelasnya.

Namun, masih terdapat 1,6 juta guru yang tidak memiliki ijazah. P2G merekomendasikan penyederhanaan persyaratan administrasi perolehan pendidikan profesi guru (PPG) untuk mempercepat proses sertifikasi.

Persoalan akses pendidikan menjadi tantangan setiap tahunnya, apalagi dengan adanya program PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang berbasis kabupaten. P2G menolak usulan penghentian rencana zonasi yang diajukan Wakil Presiden Gibran.

“Sistem zonasi merupakan bentuk bias pemerintah terhadap anak miskin. Jika dihilangkan maka akan menimbulkan ketidakadilan baru,” kata Satriwan.

Ia menekankan pentingnya pemerataan sekolah negeri di seluruh Indonesia untuk mendukung program tersebut. P2G juga merekomendasikan pengalihan kewenangan pembangunan unit sekolah baru dari Kementerian PUPR ke Kementerian Pendidikan Dasar untuk mengurangi hambatan birokrasi.

Tantangannya adalah menjaga kesesuaian kurikulum pendidikan, khususnya sekolah menengah atas (SMK), dengan kebutuhan dunia kerja. “Banyaknya siswa yang telah menyelesaikan pendidikan vokasi lah yang berdampak besar terhadap pengangguran karena kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri,” kata Satriwan.

Ia mengusulkan kepada pemerintah untuk memperkuat kewenangan pendirian sekolah kejuruan baru dan memastikan kurikulumnya relevan dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja di masing-masing daerah.

Satriwan menekankan pentingnya kerja sama pemerintah pusat dan daerah dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut. “Empat isu ini harus menjadi yang terdepan demi terwujudnya pendidikan Indonesia berkualitas yang inklusif dan sesuai dengan kebutuhan zaman.”

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *