JAKARTA – Pelatihan vokasi sebagai pendidikan adaptif dan inklusif berpeluang besar menjadi bagian pembangunan ekonomi berbasis kapasitas daerah.
Adi Nuryanto, Direktur Kemitraan dan Harmonisasi Dunia Usaha (Mitras DUDI) Direktorat Jenderal Diklat Vokasi Kemendikbud Ristek, Adi Nuryanto usai pelaksanaan Program Ekosistem Com – kemitraan : Koalisi perguruan tinggi kini mulai berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana pembangunan daerah jangka menengah dan panjang.
Baca selengkapnya: Kemendikbud Raih Hasil Transformasi Diklat Vokasi 2020-2024
“Program tahun kedua dan ketiga terus membangun jejaring antar satuan pendidikan vokasi, yaitu melalui penerapan rencana inovasi yang harus sejalan dengan dokumen kebijakan pada tahun pertama,” kata Ádi dalam siaran pers, Kamis. (10.24.10).
Berkat selesainya program tahun pertama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berhasil menyetujui tambahan anggaran LPDP untuk pelaksanaan program tahun kedua dan ketiga.
Besaran tambahan anggarannya sebesar Rp35 miliar, dengan tambahan alokasi sebesar Rp20 miliar pada tahun kedua dan Rp15 miliar pada tahun ketiga. Jika ditambah anggaran yang ada (Rp 40 miliar), maka total anggaran yang tersedia adalah Rp 75 miliar.
Baca juga: Untuk mewujudkan visi emas Indonesia, diperlukan cara baru untuk mengembangkan pendidikan vokasi
“Program ini memberikan kesempatan kepada dunia usaha untuk berkolaborasi dengan unit pelatihan vokasi untuk meningkatkan daya saing dunia usaha nasional. Pada saat yang sama, pemerintah daerah harus memastikan bahwa inovasi yang diusulkan tepat dan bermanfaat bagi kebutuhan daerah,” kata Ádi.
Sáryadi, Sekretaris Jenderal Direktorat Pelatihan Vokasi, juga menekankan bahwa kerja sama pemerintah daerah dan dunia usaha telah menciptakan kerja sama yang efektif dalam mengatasi dan “menjawab” permasalahan pelatihan vokasi. Keberlanjutan beberapa inisiatif yang terbukti mendukung pertumbuhan ekonomi daerah harus tetap dijaga.
“Harapannya, perdebatan tentang pelatihan vokasi tidak lagi menjadi perdebatan yang terpisah dari agenda atau prioritas pembangunan daerah yang mungkin terjadi. Jika kita berbicara tentang pembangunan ekonomi daerah, kita berharap dapat berbicara tentang pelatihan vokasi, dan jika kita berbicara tentang berbicara tentang pelatihan vokasi di bidang pendidikan, maka akan dibahas pula perkembangan ekonomi daerahnya,” kata Saryadi.
Alan F. Koropitan, kelompok ahli Dewan Direksi DUDI Mitras, mengatakan setiap sektor memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri berdasarkan kapasitas daerah. Namun secara umum pertanian merupakan sektor utama yang mempunyai potensi paling besar untuk menunjang sektor lainnya.
Ia juga menjelaskan, teknologi yang tepat penting agar UKM bisa naik kelas. Sesuai dengan kebutuhan sektor, teknologi tepat guna disediakan oleh UKM yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.
Pengembangan inovasi daerah sendiri memerlukan dukungan berupa kebijakan dan kerjasama dari seluruh pihak yang berkepentingan yaitu pemerintah pusat yang melakukan intervensi dalam bentuk program, pemerintah daerah yang berperan dalam pengembangan sektor berdasarkan kemampuannya, dan industri. dan perekonomian.
“Hasil pemetaan yang dilakukan dalam program ekosistem kemitraan menentukan perlakuan yang dapat digunakan untuk membawa suatu daerah pada tingkat kemandirian kemitraan,” tutupnya.