JAKARTA – Gerakan Optimisme Indonesia (GIO) mengapresiasi penarikan Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Magelang (ACMIL) oleh Presiden Prabowo Subianto. Kegiatan ini dipandang sebagai upaya menyatukan langkah, hati dan pikiran para dakwah sebelum mulai berkarya.
“Saat itu, ceritanya Indonesia akan hancur pada tahun 2030. Kami menilai cerita ini akan memperburuk kondisi psikologis masyarakat. Jadi harus ada wacana yang berimbang. “Kemudian kita akan kembangkan Gerakan Indonesia Optimis.”
Ngasimane Djoyongoro, yang dikenal sebagai Simon, adalah seorang ilmuwan muda intelijen, pertahanan, dan keamanan. Pembentukan Garda Revolusi menjadi momentum untuk membalikkan retorika pesimisme yang muncul jelang pemilu presiden 2019.
Sumber daya manusia (SDM) unggul dan sumber daya alam Indonesia melimpah. Kinerja pemerintah dalam membangun landasan pembangunan juga tidak kalah bahayanya. “Cara ini harus dijadikan landasan untuk memperkuat cerita optimisme dalam kehidupan masyarakat,” kata Simon.
Salah satu upaya membangun optimisme adalah dengan mengevaluasi metode yang terdokumentasi dalam buku Indonesia Optimis.
“Untungnya, situasi kini sudah banyak berubah. Saya yakin Presiden Prabowo dengan kabinet merah putihnya memberikan pandangan optimis terhadap kepemimpinan pemerintahan lima tahun ke depan dan pengabdian kepada bangsa dan negara,” kata Simon.
Peringatan enam tahun Gerakan Optimisme Indonesia bertepatan dengan hari terakhir Resor Magelang yang dihadiri seluruh jajaran pemerintahan baru Presiden Prabowo. Kegiatan ini dinilai sangat penting oleh sejumlah pihak sebagai upaya menyatukan langkah, hati dan pikiran jajaran pemerintahan Merah Putih sebelum mulai bekerja.
Simon menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan Magelang Resort yang dicanangkan Presiden Prabowo. Sebab optimisme dapat dicapai dengan semangat solidaritas, dedikasi, dan kesetiaan mutlak terhadap tanah air dan negara, sebagaimana tujuan yang harus dicapai melalui kegiatan ini.
“Karakter Merah Putih adalah karakter yang jeli (tanggap, cerdas), tanjun (tangguh), trenginas (lincah), setia kepada bangsa dan negara, tidak takut terhadap tekanan apa pun, dan kuat sehingga harus mulai menjadi seorang pemimpin. menteri yang akan mengurus ini,” kata Simon.
“Di ulang tahun GIO yang keenam ini, kami berusaha menyatukan perasaan agar ada keterkaitan antara perasaan yang terbangun di momentum kemerosotan Magelang dengan perasaan yang dibangun masyarakat malam ini berada pada level yang sama dan dalam hal ini tidak sulit untuk mencapainya,” kata Simon.
Akademisi dan budayawan Oki Tirto menyampaikan pentingnya optimisme dalam rangka membangun kebudayaan bangsa. “Sulit memformulasikan budaya Indonesia sebagai sebuah bangsa karena banyaknya suku bangsa. Tapi bisa digambarkan dalam tiga hal: Hitam Besi, Gutung Ruyung, dan Indonesia,” kata Aoki.
Aoki menjelaskan, pemimpin dan masyarakat harus mampu membedakan budaya suatu bangsa dan negara. “Kebudayaan nasional kita harus dirumuskan kembali sebagai akar dan cara. Berdasarkan kesepakatan bersama dengan para pemimpin negara,” kata Aoki.
Oleh karena itu, tema membangun karakter merah putih dalam menyukseskan Indonesia Emas 2045 merupakan upaya membangun kekayaan perspektif budaya dalam kerangka optimisme masa depan, kata Aoki.
Acara tersebut dihadiri sejumlah aktivis 98 Bang Abdul Razak (Bang Jak) dan lainnya, Sekjen PB MDHW, aktivis OKP dan mahasiswa Kyai Ahyad Al-Fidai.