Warga Lampung Selatan berkumpul di Alun-Alun Desa Bumijaya untuk menyaksikan festival budaya guna merayakan keberagaman dan keharmonisan budaya. Dengan melibatkan para pemain muda, kegiatan ini juga menantang mereka untuk menghormati nilai-nilai dan prinsip-prinsip di balik acara adat dan budaya.
“Penampil di acara ini sebagian besar adalah anak muda. “Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda masih peduli dan mau menghormati nilai-nilai dan prinsip di balik acara adat dan budaya,” kata Husnul Maad, Direktur ChildFund International Indonesia yang merupakan penggagas acara festival budaya tersebut. UE melalui Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP).
Menurut Maadi, tujuan program SSCP adalah agar masyarakat di Lampung dapat hidup damai melalui praktik berbasis budaya yang bertujuan untuk menghindari konflik.
“Meskipun praktik berbasis budaya ‘Piil Pesenggiri’ di Lampung telah membantu membangun perdamaian antar komunitas melalui dialog dan pembangunan konsensus, praktik berbasis budaya perlu lebih terintegrasi di kalangan generasi muda,” kata Maad.
Sementara itu, Plt Bupati Lampung Selatan Pandu Kesuma Devangsa memuji penerapan SSCP di wilayahnya.
“SCCP adalah inisiatif baru yang mengatasi masalah-masalah sosial yang penting. Kami berharap proyek ini dapat dilaksanakan di lebih banyak wilayah di wilayah Lampung Selatan. “Ini akan membantu membangun kapasitas generasi muda dan membangun perdamaian,” katanya.
Sebagai informasi, program SSCP yang dibuat oleh Uni Eropa bekerja sama dengan ChildFund International dan Catholic Social Development Fund di Indonesia diluncurkan pada 1 Februari 2023 dan akan berlanjut hingga 31 Juli 2025. Selain di Lampung, proyek ini juga berhasil di Lykika, Timor. menggelepar.
Hingga Juli 2024, inisiatif ini telah menjangkau 1.001 peserta di Lampung secara langsung melalui berbagai kegiatan. Berbagai kegiatannya meliputi dialog antaragama, antarbudaya dan antargenerasi, pelatihan dan peningkatan kapasitas dalam penyampaian cerita, pendidikan perdamaian, komunikasi sipil dan jurnalisme, kesetaraan gender, keberagaman dan inklusi sosial, serta partisipasi pemuda yang bermakna. Pesertanya adalah pelajar dan pemuda sebanyak 389 orang, guru sebanyak 197 orang, perangkat desa sebanyak 134 orang, perangkat daerah Lampung Selatan sebanyak 25 orang, pegawai Pemprov Lampung sebanyak 17 orang, tokoh adat sebanyak 91 orang, dan tokoh agama sebanyak 71 orang.
Kolaborasi adalah landasan implementasi SSCP. Untuk itu SSCP bekerjasama dengan 13 desa, 5 kelurahan, 1 kabupaten dan 16 sekolah di Provinsi Lampung. Kolaborasi ini memfasilitasi penyusunan program partisipatif dan mendorong dialog antar budaya, agama, dan generasi.
“Dengan menciptakan rasa kepemilikan dan keberlanjutan, kami berharap dapat memberikan dampak jangka panjang meskipun program berakhir pada Juli 2025. Salah satu hasil nyata dari kerjasama ini adalah rencana untuk mereplikasi model pendidikan perdamaian di 164 sekolah menengah di Selatan. Kabupaten Lampung kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan dan SSCP,” kata Pastor Agustinus Soenarto IP, Ketua Yayasan Pembangunan Sosial Katolik.