TEL AVIV – Perdana Menteri (Perdana Menteri) Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi menyetujui aksi pengeboman pager yang menewaskan hampir 40 orang di Lebanon pada September lalu.
Pada tanggal 17 dan 18 September, ribuan pager yang dilengkapi dengan alat peledak rahasia meledak di wilayah Lebanon yang menjadi basis Hizbullah.
Selain menewaskan hampir 40 orang, ledakan serentak juga melukai sekitar 3.000 orang lainnya.
“Netanyahu mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa dia menyetujui operasi pager di Lebanon,” kata juru bicaranya Omer Dostri kepada AFP, Senin (11/11/2024).
Beberapa anggota Hizbullah yang terluka dilaporkan kehilangan jari, sementara beberapa lainnya kehilangan penglihatan.
Hizbullah menyebut ledakan itu sebagai “pelanggaran Israel” terhadap jaringan komunikasinya dan berjanji akan membalasnya.
Pager ini digunakan oleh anggota Hizbullah sebagai alat komunikasi sederhana untuk menghindari pelacakan lokasi oleh Israel.
Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah Israel mengumumkan akan memperluas sasaran militernya, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober, hingga mencakup sekutunya, Hizbullah, di sepanjang perbatasan negara itu dengan Lebanon.
Lebanon mengajukan keluhan kepada PBB minggu ini mengenai serangan mematikan tersebut, dan menyebutnya sebagai “perang yang mengerikan melawan kemanusiaan.”
Israel dan Hizbullah telah bertempur di perbatasan Lebanon sejak perang Gaza pecah setelah Hamas menyerang kota-kota Israel pada 7 Oktober tahun lalu.
Sejak itu, beberapa pejuang Hizbullah telah terbunuh, termasuk mantan ketua kelompok tersebut, Hassan Nasrallah.
Bulan lalu, militer Israel juga mengkonfirmasi bahwa mereka telah “membunuh” Hashem Safieddine dari Hizbullah, pewaris Nasrallah, dalam serangan di Beirut selatan.
Pada hari Kamis, Israel melancarkan serangan udara terhadap benteng utama Hizbullah di Beirut selatan, dengan satu serangan menghantam daerah dekat satu-satunya bandara internasional Lebanon dan menyebabkan kerusakan kecil pada beberapa bangunan bandara, termasuk markas besar maskapai nasional, Middle East Airlines.
Lebih dari 3.000 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon sejak Oktober lalu.