JAKARTA – Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama di sektor hilir sumber daya alam dengan potensi pasir nikel dan silika yang sangat besar. Kedua produk ini menjadi tulang punggung pengembangan industri kendaraan listrik (EV) dan panel surya, yang berperan penting dalam transisi energi global menuju teknologi ekologis.
Inisiatif Reformasi (TRI) Indonesia mengungkapkan melalui penelitiannya bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 21 juta ton atau 22,1% dari total cadangan global. Pada tahun 2020, Indonesia menyumbang 31% dari total produksi nikel global, menjadikannya pemasok utama bahan baku baterai kendaraan listrik. Faktanya, Indonesia saat ini menyumbang 60%-80% bahan baku nikel untuk baterai global.
“Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga memiliki strategi hilirisasi yang maju. Nilai tambah hilirisasi nikel, khususnya pada produk baterai, bisa mencapai 67 kali lipat. Ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ekosistem industri yang berkelanjutan. . kata dalam pernyataan itu.
Eric, sebaliknya, mengatakan potensi pasir silika di Indonesia tidak sedikit. Dengan total cadangan sebesar 330 juta ton dan tambahan sumber daya kuarsit sebesar 297 juta ton, Indonesia merupakan salah satu pemasok utama bahan baku industri modul semikonduktor dan fotovoltaik (PV). Kedua bidang ini penting untuk mendukung panel surya sebagai teknologi energi terbarukan
Hilirisasi pasir silika pada wafer silikon merupakan langkah strategis untuk mendukung pengembangan modul PV dalam negeri. Eric mengatakan Indonesia mempunyai peluang besar untuk menjadi pusat industri teknologi tinggi dunia dengan teknologi tinggi dan investasi yang kuat. , yang merupakan dosen FEB Universitas Airlangga Surabaya
Riset TRI juga mencatat, Indonesia dengan cadangan nikel yang melimpah telah menarik perhatian produsen kendaraan listrik global. Perusahaan seperti Hyundai dan Wuling telah mendirikan fasilitas produksi di Jawa Barat dengan kapasitas 260.000 kendaraan per tahun. Selain itu, Indonesia juga berencana menjadi salah satu dari lima produsen baterai terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 700 GWh pada tahun 2045.
Permintaan baterai global diperkirakan meningkat hingga 7.100 GWh pada tahun 2045, dan Indonesia berpotensi memenuhi lebih dari 10% dari total permintaan tersebut. Ini merupakan pencapaian penting yang mencerminkan visi jangka panjang pemerintah, kata Eric.
Sementara itu, pengembangan panel surya juga menjadi fokus penting Hilirisasi pasir silika yang meliputi produk tepung silika, pasir berlapis resin, dan wafer silikon diharapkan dapat mendukung kemandirian Indonesia dalam teknologi fotovoltaik. Produk-produk tersebut tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun juga berpotensi menjadi produk unggulan ekspor
Dukungan pemerintah terhadap hilirisasi pasir nikel dan silika dapat dilihat dari berbagai kebijakan insentif yang mendorong investasi dan transfer teknologi. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan perusahaan swasta juga terus dilakukan untuk menjamin kesinambungan perkembangan industri ini.
Indonesia memiliki segala yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin global dalam kendaraan listrik dan energi terbarukan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, kita tidak hanya akan meningkatkan nilai ekonomi tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Eric.
Dengan inisiatif progresif ini, Indonesia tidak hanya akan menjadi raksasa sumber daya alam namun juga menjadi pilar penting dalam teknologi ekologi global. Hilirisasi pasir nikel dan silika membuka pintu menuju masa keemasan baru perekonomian dan teknologi Indonesia.
Reform Initiative (TRI) Indonesia dengan konsorsium yang terdiri dari Binos University, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jurusan Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brujaya Malang dan FEB Universitas Indonesia. Hilirisasi di Indonesia dengan berbagai topik utama
TRI Indonesia sendiri mengambil tema khusus “Integrasi Produktif antara Tenaga Kerja Asing-Dalam Negeri dan Masyarakat Lokal: Tantangan, Peluang dan Kebijakan Hilir Investasi di Indonesia” yang dilaksanakan di Kabupaten Conway – Sulawesi Tenggara dan Kota Batam – Kepulauan Rhea.
Hasil penelitian tersebut disebarluaskan oleh TRI Indonesia bekerja sama dengan FEB Universitas Nasional Jakarta pada Rabu (11/12/2024).