JAKARTA – Cisco Indonesia berbagi wawasan mengenai tren transformatif yang akan membentuk lanskap bisnis pada tahun 2025.
BACA JUGA – Fokus pada AI seluler, Samsung mengumumkan pre-order Galaxy AI
Setelah perubahan signifikan selama setahun terakhir, terutama karena pengembangan AI yang kreatif, banyak perusahaan memikirkan kembali model operasi mereka agar tetap kompetitif.
Ketika AI terus mendominasi industri, dampak AI juga diperkirakan akan melampaui teknologi cloud dan internet.
“Dalam setahun terakhir, sektor bisnis mengalami transformasi yang signifikan. Hal ini mengarahkan perusahaan untuk meninjau model operasi mereka. Salah satu pendorong utamanya adalah kehadiran Generative AI, yang telah mengambil alih dunia bisnis dan berdampak pada pembaruan strategis, pelaporan keuangan, dan hampir semua bentuk komunikasi karyawan perusahaan,” kata Marina Kacaribu, General Director Cisco Indonesia.
Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi topik hangat di dunia bisnis selama lebih dari setahun. Tekanan untuk mengadopsi AI terus berlanjut, dan hampir semua perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kesiapan AI Cisco 2024 melaporkan adanya peningkatan kebutuhan untuk menerapkan solusi AI pada tahun lalu.
Ketika perusahaan mulai mengadopsi AI, banyak dari mereka menyadari bahwa penggunaannya tidak semudah yang mereka kira.
Hanya 19% perusahaan di Indonesia yang siap untuk sepenuhnya mengoptimalkan potensi AI ketika mereka memahami dengan jelas apa yang diperlukan untuk menerapkan AI dengan sukses.
Meskipun AI merupakan investasi prioritas, banyak perusahaan melaporkan bahwa hasil investasi tersebut tidak memenuhi harapan mereka.
Ketika sistem AI menjadi lebih terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, perdebatan akan fokus pada penggunaan AI yang bertanggung jawab, kepatuhan, undang-undang perlindungan data dan anti-diskriminasi, serta standar kualitas AI.
Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta akan menjadi kunci dalam menetapkan standar dan peraturan mendasar yang mendorong inovasi dan meningkatkan keamanan AI.
Para pemimpin global akan berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk menetapkan kerangka kerja yang meningkatkan akuntabilitas sistem AI dan mengatasi masalah etika dan misinformasi yang timbul dari penggunaan AI tanpa menghambat inovasi.
Perusahaan harus mengadopsi kerangka kerja AI yang bertanggung jawab, melakukan penilaian privasi secara berkala, dan mengembangkan serta menerapkan rencana manajemen insiden yang kuat untuk memastikan penggunaan AI secara bijaksana.
Privasi dan keamanan data adalah prinsip lain dari tata kelola AI. Ketika organisasi semakin banyak beroperasi di berbagai yurisdiksi, mereka akan berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengadopsi peraturan yang menyelaraskan penyimpanan dan pemrosesan data dengan undang-undang kedaulatan data setempat.